Kamis, 03 Desember 2009

perjalanan menuju manasik haji


25 november yang lalu, aku mengantar anak-anakku syifa da hikmal mengikuti manasik haji yang di selenggarakan oleh sekolah setiap tahunnya. Kebetulan tahun ini acara tersebut bertempat di marakash square, kurang lebih empat kilo meter dari rumahku. Seperti biasa , karena jarak yang harus ku tempuh untuk mengantar sang buah hati cukup jauh, jadi ijin khusus dari sang suami sangat di butuhkan. Karena sampai sejauh ini aku hanya diijinkan untuk mengendarai motor baru sekitar rumah , sekolah dan pasar Seroja yang tidak begitu jauh dari rumah.
Beberapa hari sebelumnya aku sudah memberitahukan suamiku bahwa anak-anak akan manasik haji di marakas, sang bapak menyarankan agar kami naik angkot saja, namun aku berpendapat lain, jika naik angkot aku akan kesulitan membawa dua orang anak, karena harus turun naik angkot sebanyak dua kali pergi dan dua kali pulang. Sementara jika menggunakan motor, aku bisa menghemat waktu dengan melewati "jalur dalam" yang bukan jalur angkot. didamping itu ini kesempatan pertamaku u ntuk mengenjdarai motor sedikit "jauh" dari rumah. masalahnya bukan karena aku takut jauh-jauh dari rumah untuk mengendarai motor ini, namun lebih kepada ijin sang suami yang belum keluar disebabkan aku belum punya SIM, di tambah lagi suamiku adalah tipe suami yang sangat khawatir tetag keselamatan istri dan anak-anaknya, makanya seperti yang aku katakan diawal tadi, aku harus punya ijin khusus untuk mengendarai motor dengan jarak "jauh" dari biasanya.
Dengan dibantu oleh dua buah hatiku untuk memohon pada bapaknya, akhirnya ijin khusus itupun berhasil ku peroleh. dengan berbagai sarat yang di tetapkan oleh suami tercinta, diantaranya, pakai helm, bawa STNK, jalannya di pinggir, hati-hati, selalu awasi spion kiri kanan, mengendarai motornya pelan-pelan, gak boleh ngebut, dan harus lewat jalan "dalam" bukan jalan angkot, dll demikian sederet persaratan, dan mugkin masih ada, namun aku sudah lupa.
Akhirnya hari H untuk menuju manasik hajipun tiba, pagi sebelum kami berangkat ternyata hujan turun, aku mulai ragu untuk berangkat, tapi Syifa memintaku untuk tetap berangkat, karena syifa punya tugas khusus di manasik haji nanti, demikian alasannya. Akhirnya dengan menguatkan diri dan dengan tekad yang di tambahkan aku mohon dan berdoa kepada Allah agar aku di beri kemudahan dalam perjalanan ini.Mungkin anda semua akan tertawa membaca tulisanku ini, dan berpikir aku terlalu "Lebai" dengan perjalanan ini. Aku punya alasan sendiri untuk menjelaskannya. Pertama ini adalah perjalanan perdanaku untuk jarak jauh dari biasanya. yang kedua, biasanya jalanan yang akan aku lewati ini, jika habis di guyur hujan akan sangat becek dan licin, karena kebetulan "jalan dalam" ini belum di aspal dan masih asli jalan tanah, yang tanahnya ini adalah tanah lempung yang sangat licin jika kita lewati, jadi disini aku harus ekstra hati-hati karena aku mempertaruhka keselamatanku dan keselamatan dua buah hatiku.
Alhamdulillah setelah doa yang kupanjatkan di sertai semangat dari dua buah hatiku, akhirnya kamipun berangkat. Aku mampir kesekolah dulu untuk mencari teman yang mau bareng denganku, setidaknya jika aku kenapa-napa, ada teman yang mengetahuinya. Tapi ternyata tidak ada satupun teman yang ku kenal ikut manasik haji ini, entah mereka sudah duluan, atau mereka tidak ikut karena hujan. yang ada hanya jemputan dari sekolah, yang aku pikir poasti akan lewat jalur biasa, karena hanya itu satu-satunya jalur mobil. Akhirnya akupun berangkat dengan doa dalam hati di sepanjang perjalanan agar Allah selalu menjaga kami.
benar saja sampai di jalan yang harus kami lewati yang mereupakan jalan tanah , aku memperhatikan ada bekas roda motor yang tergelincir. Aku hanya bisa berdoa, agar aku tidak tergelincir, tak kupedulika lagi sepatu yang aku pakai akan terkena air dan becek, dengan hati-hati aku mulai menggas motor, dan salah satu kakiku berusaha untuk tetap berpijak di tanah sambil sedikit diangkat jika motor mulai ku gas. Sang buah hatipun juga turut berdoa demi keselamatan kami, anakku sudah tidak mempedulika lagi jika pakaian ihram yang di kenakanya akan terkena becek. Sambil terus berpegangan dan berdoa mereka minta aku berhati-hati. Alhamdulillah ritangan pertama berhasil kami lewati, rintangan berikutnya adalah genangan air hujan yang menggenang bak kolam renang kotor di jalanan yang menghubungi antara jalan tanah tadi dengan marakash square, yap aku sudah berhasil melewati jalan tanah, kini satu rintangan besar lagi adalah jalanan yang bak kolam ini, juga merupakan jalan umum yang di lewati angkot, dan kendaraan pribadi lainnya. aku hampir saja kehilangan kendali motor ketika menambah gas untuk melewati genangan itu, karena di kiri dan kananku banyak sekali motor dan angkot yang lewat, sehingga aku hanya punya sedikit celah yang bisa kulewati, dengan bersemangat dan tetap hati-hati akhirnya aku berhasil keluar dari rintangan kedua ini. Alhamdulillah ya Allah , akhirya kedua rintangan besar itu berhasil ku lewati.
" Untung sendal kakak gak copot bu, tadi sendal kakak hampir copot kesenggol angkot" demikian ungkap syifa setelah kami berhasil melewati rintangan kedua ini.
" Anggap saja perjalanan hari ini sebagai langkah pertama kita untuk berangkat haji yang sesungguhnya Kak, karena kata orang-orang untuk menunaikan ibadah haji itu akan banyak sekali ritangannya. Nah orang yang sabar dan ikhlaslah yang berhasil melewati rintangan itu" sahutku.
" Semoga saja suatu saat kelak kita bisa juga menghadapi rintangan untuk melaksanakan ibadah haji yang sebenarnya ya Bu..." ucapan anakku membuatku menitikkan air mata. Amin...ya Allah, hamba harap Engkau memberikan rintangan ini untuk mengundang hamba dan keluarga hamba menuju rumahMu yang suci..labbaikalllahumma labbaik......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung ya sahabat... ^_^