Sabtu, 29 Januari 2011

SMS Abah

Nelfi Syafrina pada 26 Januari 2011 jam 20:51

“Hmmm... indahnya hidup ini, coba kalau tiap hari aku bisa begini ya..” gumamnya, sambil merasakan hangatnya air kolam renang di sebuah hotel tempatnya berlibur.

“Ada telpon, angkat dong...ada telpon, angkat dong... ada telpon, angkat dong...,” terdengar nada dering HP nya berbunyi. Dia tidak mengindahkan suara itu.

“Andai aku gayus tambunaaann, yang bisa pergi ke Bali.....,” kali ini nada dering HP nya berubah. Hmm sms siapa lagi nih.. pikirnya, dengan malas dia beranjak ke meja yang terletak tak jauh dari tempat dia bersantai. Diambilnya HP itu, dan memencet tombol menu agar dia bisa melihat sms siapa yang masuk.

“Nak, ini Abah lagi di WC, tolong ambilin air segayung, nanti Abah ganti, jangan sms atau telpon dulu, soalnya Abah belom cebok,” Abah...

“Hah..! Abah..! gimana mo ngambilin air, aku kan lagi liburan di Bali, mana mungkin aku bisa ngambilin Abah air buat cebok” dia mulai panik.

Dia sangat tau watak bapaknya, jika keinginannya tidak di penuhi, jangan harap dia bisa liburan lagi. Pasti Abahnya akan menarik semua fasilitas yang di berikan kepadanya. Dengan tergesa dia memencet tombol dial, yang langsung tersambung dengan Abahnya.

“Whoi.! Abah kan udah bilang, jangan telpon atau sms Abah dulu, Abah lagi di WC, Abah belom cebok, gimana sih !Bukannya langsung ngambilin air segayung malah nelpon dulu” terdengar suara abah ngomel-ngomel.

“Tapi Bah.. saya ..”

“Ga pakai saya-saya, cepetan... airnya mana..., Abah udah dari tadi nungguin nih...”

“Suruh Bik Inah aja Bah..,” ujarnya memelas, gak mungkin dia mengabulkan perintah Abahnya untuk kali ini.

“Ga mungkin Abah nyuruh si Inah, dimana mau Abah taro muka Abah kalau si Inah tau abah belom cebok..,” si Abah makin gusar. Soalnya semenjak Ambu meninggal, si Abah lagi pedekate ama si Inah.

“Emang krannya gak nyala ya Bah”

“Ye.. dia pake nanya lagi, kalau nyala gak bakalan Abah sms Lu.. “

“Bah... Aku masih di Bali nih...,” dia pasrah tak tau apa yang harus dilakukannya.

“Apa... !di Bali..! Abah Lu gak bisa cebok , lu asik-asikan di Bali! Besok semua fasilitas Lu Abah cabut!, kecuali Lu pulang sekarang dan ambilin air segayung buat Abah cebok! Satu lagi, jatah libur Lu di singapura Abah cabut karena Lu udah nelpon Abah!”

fiksi foto, cara baru bercerpen-ria

cerpen untuk lomba di face book leutika publisher

momen romantis bersama suami

Suamiku ( Syarmi Benusi ) tidak romantis, malah cenderung pendiam , tapi ada satu kebiasaan yang membuat kami semakin jatuh cinta, ketika suamiku memasak nasi goreng. Biasanya di hari libur suamiku pasti sudah stanby di dapur untuk membuat 'nasi goreng cinta' demikian Syifa dan Hikmal (anak-anak kami) menyebutnya... saat itu aku bertindak sebagai asisten chef, dari mengiris bawang, menyiapkan wajan, hingga mengocok telur untuk tambahan bumbu nasi goreng. Sementara itu, the real chef mulai memasak nasi goreng. Saat itulah hal yang paling romantis aku rasakan, sambil memasak 'nasi goreng cinta', suami yang biasa pendiam, jadi banyak bicara, bercerita tentang apa saja, demikian juga denganku. Sesekali sulung kami menggoda dengan celetukan "prikitiew..." Suamiku akan menyahut dengan celetukan yang sama.

Setelah 'nasi goreng cinta' matang, kami sarapan bersama anak-anak, saat itu kita makan sepiring berdua, anak-anak ga mau ketinggalan, akhirnya mereka ikut makan di piring kami...hihihi.. jadinya sepiring berempat deh..karena si kecil Hauzan masih 4 bln jadi belum bisa makan.

Subhanallah... suami dan anak-anakku benar-benar nikmat yang sangat luar biasa yang di berikan Allah untukku. Terima kasih ya Allah, telah menghadirkan suami yang terbaik untukku...

Tulisan diatas aku tulis di sebuah sharing di facebook asma nadia pada tanggal 26 januari lalu, tentang momen romantis yang pernah kita rasakan bersama pasangan.

Rabu, 26 Januari 2011

Hauzanku


Alhamdulillah.. tak terasa hampir lima bulan umur hauzan, sudah lama juga tidak menulis perkembangan hauzan disini. setelah sekian kali ingin menulis sesuatu tentang hauzan, baru hari ini di beri kesempatan. Sahabat.. tahukah kalian, ternyata hauzan seorang bayi yang amat pengertian, tak seperti bayi lain yang menangis di malam hari, jika popoknya basah atau lapar. Hauzanku tidak begitu, dia cukup mengemut jarinya ketika dia lapar, lalu cukup dengan sedikit merengek jika popoknya basah. Hanya itu 'tanda' yang di berikan hauzan untukku. Aku akan segera mengganti popoknya, ketika dia merengek, dan segera menyusuinya jika dia mengemut jarinya. Dan ... hauzanku akan segera diam.
Hauzanku suka tersenyum, jika kita mengajaknya ngobrol, hauzan akan tersenyum.. , kakinya akan digerakkannya jika dia mendengar alunan musik anak2 yang ku perdengarkan. Atau dia akan diam mendengar dengan khusu jika muratal kunyalakan. Tapi.. jangan sampai kalian berteriak dekat hauzan, atau menyalakan bunyi-bunyian yang membuat dia kaget, saat itu bisa dipastikan, hauzanku akan menangis menjerit.. mungkin karena kaget atau takut.. entahlah.. Aku pernah secara tidak sengaja menjatuhkan panci ketika aku memasak di dapur, saat itu Hauzanku menjerit, menangis.. aku langsung menghampiri dan memeluknya.. lalu aku ucapkan kata " maaf sayang, ibu tidak sengaja menjatuhkan panci" hauzanku akan segera diam, dan mulai tersenyum kembali. Bahkan saat mandi pun hauzanku tak pernah menangis..
Hauzan sangat senang jika diajak ngobrol, apalagi jika kakak Syifa , abang hikmal dan Bapak mengodanya dengan permainan yang dia senangi, maka hauzan akan tertawa terkekeh.. semoga hauzanku akan selalu menjadi anak manis dan anak shaleh.. seperti kakak dan abang.. amin..
Alhamdulillah.. Akhirnya dengan susah payah, hauzan bisa tengkurap sendiri. Hari ini ( 29 januari ) entah sudah berapa kali hauzanku tengkurap. Tak sabar melihat perkembangan motorik hauzan yang lain. Waktu hauzan bisa diajak "ngobrol" rasanya tak terkira senangnya hati ini. Sekarang hauzan sudah mengerti jika namanya di panggil, dia seolah menyahut apa yang kita omongin ke dia. Apalagi suara lembutnya hampir terdengar setiap ketika dia tidak tidur, entah itu berteriak girang atau menggumamkan sesuatu. Semoga perkembangan psikomotorik hauzan berjalan sesuai dengan pertumbuhannya.. amin..

amin...

Sabtu, 22 Januari 2011

KESEDIHAN ONTA



cerita di bawah ini saya buat waktu ramadhan 2 th yg lalu, ceritanya untuk ikutan lomba di sctv ngejar hadiah umrah.. tapi gak menang. Karena sayang utk di buang, saya posting di blog aja ya..

Penduduk Taman Safari SCTV, terutama yang berjenis mamalia, sedang berdebat memperbincangkan sinetron PPT yang baru saja mereka tonton.

“Emang hebat ya Bang Jack, dia bisa menyembelih kita semua. Ilmunya itu diturunkan kepada para muridnya yang bernama Juki, Barong dan Chelse” ujar Kebo, dengan diamini kawan-kawannya yang lain yaitu sapi, dan kambing.

“Hebatnya lagi, kita boleh minta dikirimi fatehah, kalau kita udah disembelih sama dia” sambung domba.

“Emang, enak di kalian , kagak enak di Ane” celetuk Onta yang tiba-tiba udah berada dalam perbincangan itu.

“Emangnye kenape, kagak enak di elu, lu kagak suka ama bang Jack” Kebo merasa tersinggung dengan ucapan sahabatnya. Karena selama ini Kebo merasa dia yang paling disayang sama Bang Jack.

“Iya, Soalnya Bang Jack kagak pernah nyebut nama ane, apalagi nyembelih ane dan keluarga ane. Trus kalo ane kepingin dikirimin fatehah ame die bagaimane caranye” jawab Onta sedih.

“Gini aje, kan Bang Jack, Juki, Barong dan Chelse, mo kenegeri lu tuh, karena mereka smua mo pada umrah, nah, ntar disana, dia kite suruh nyembelih keluarga elu deh” Kebo akhirnya berhasil menenangkan hati onta.

*****

Pertanyaannya: Berhasilkah Bang Jack dan murid-muridnya menjagal onta????

Kita tunggu kelanjutannya pada Ramadhan mendatang, Insyaallah…

Jumat, 21 Januari 2011

orang gila itu..


“Ada orang gila datang…,” terdengar teriakan teman-teman Dini dari depan sekolah mereka. Saat itu jam istirahat. Murid-murid SDN Suka Karya sedang bermain dihalaman Sekolah mereka.

Sesaat suasana menjadi gaduh . Murid-murid itu berhamburan lari menyelamatkan diri. Ada yang masuk kelas dan sebagian lagi lari keluar, melalui gerbang belakang sekolah.

Dini yang sedang menikmati makanan kecilnya, menjadi sangat ketakutan mendengar teriakan itu. Dini berlari keluar gerbang belakang sekolah mengikuti beberapa temannya yang lain.

Tak terasa sudah sangat jauh Dini berlari dari sekolahnya. Dini benar-benar takut jika orang gila itu menangkapnya. Menurut cerita yang pernah Dini dengar, orang gila itu suka menangkap anak sekolah seperti Dini. Hiii pasti akan diculik atau dijual pikir Dini. Dini terus berlari sekuat tenaganya.

Masih jelas dalam ingatan Dini. Beberapa waktu yang lalu, Dini dan teman-temannya bertemu dengan orang gila itu. Mereka di kejar, untung Dini dan teman-temannya segera lari menyelamatkan diri.

Tiba-tiba… bukkk. “Aduh,” jerit Dini. Murid kelas empat SD itu terjatuh. Kaki Dini tersandung batu besar , yang tadi tidak begitu diperhatikan Dini waktu lari. Tubuh Dini berguling-guling diatas tanah yang berbatu, Dini tidak bisa menahan badannya yang terus saja berguling, karena jalanan yang menurun. Sampai semuanya menjadi gelap. Dini pingsan.

“Nak,… bangun Nak”, suara seorang Bapak sambil menepuk-nepuk pipi Dini. Bapak itu lalu menggoyang-goyangkan badan Dini.

“Hhhh, dimana aku,” Dini mulai membuka matanya.

Samar-samar Dini melihat seraut wajah yang pernah dikenalnya.

Hah, ini kan orang gila yang tadi datang kesekolah bisik hati Dini.

“Ya Allah bantulah saya lari dari orang ini,” do’a Dini dalam hati.

Dini berusaha berdiri. Tapi usaha Dini gagal, Dini merasakan badannya masih lemah.

“Istirahatlah dulu Nak, badanmu masih lemah, tadi kamu pingsan dijalan, kebetulan Bapak lewat jalan itu. Karena itu kamu Bapak bawa kesini, kerumah Bapak,” ujar bapak yang menolong Dini.

“Tttapi jangan tangkap saya pak,” Dini ketakutan.

“Menangkap kamu,? Maksudmu apa Nak?,” ujar si Bapak bingung.

“Bapak yang suka berdiri didepan sekolah saya ‘kan,?” tanya Dini memberanikan diri.

“Kata teman-teman saya, Bapak suka menangkap anak kecil, lalu Bapak culik dan di jual, saya tidak mau di jual.”

“Oooh Bapak tahu sekarang, kalian semua menganggap Bapak penculik, ya,” Si Bapak pun mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum.

“Baiklah, sekarang Bapak beritahu kamu bahwa nama Bapak adalah Eko, Bapak memang sering memperhatikan kalian didepan sekolah, tapi bukan berarti Bapak akan menculik kalian,” jelas Pak Eko panjang lebar.

“Tapi kenapa baju Bapak tidak bersih dan rambut Bapak juga tidak tersisir dengan rapi,” tukas Dini.

“Ooo ternyata itu yang membuat kalian tidak mau Bapak dekati,”

“Pantas saja setiap kali Bapak panggil, kalian langsung lari. Sebenarnya bukan karena Bapak malas, tapi karena Bapak terlalu asyik dengan pekerjaan Bapak, sampai-sampai Bapak lupa untuk memperhatikankan penampilan Bapak.”

Pak Eko berdiri dan mengambil sebuah komik yang terletak diatas meja. Kemudian pak Eko memberikan komik itu kepada Dini, sembari menjelaskan kenapa dia sampai memperhatikan anak-anak disekolah Dini. Dengan ragu, Dini menerima komik yang disodorkan pak Eko.

Dini mulai membuka buku itu dan membacanya. Dihalaman pertama buku itu tertulis nama pengarangnya Eko Santoso.

“Ooo Bapak seorang komikus, ya” ujar Dini manggut-manggut.

”Ya begitulah, yang kamu baca itu adalah hasil dari pekerjaan Bapak yang sudah diterbitkan. Insyaallah Bapak segera menyelesaikan komik baru tentang kalian. Oh iya siapa namamu Nak?.”

“Nama saya Dini, Pak. Sebenarnya teman-teman saya bukan mengira Bapak sebagai penculik”, Dini menghentikan ucapannya. Dia tidak berani mengatakan hal yang sebenarnya tentang anggapan teman-temannya kepada bapak Eko.

“Lalu kalian mengira Bapak sebagai apa, bukankah tadi Dini sendiri yang mengatakan kalau Bapak akan menculik dan menjual Dini?”, mata pak Eko penuh tanda tanya.

“Mmm itu hanya perkiraan saya saja Pak, tapi kalau menurut persangkaan teman-teman saya, Bapak seperti…

“Seperti apa?”, kejar pak Eko sambil tersenyum, pak Eko sudah bisa menebak apa yang akan dikatakan Dini.

“Seperti… orang gila, ha..ha..ha”, mereka berduapun tertawa.

Hilang sudah semua pegal dan rasa sakit yang dirasakan Dini sewaktu jatuh tadi. Ternyata pak Eko orangnya sangat baik dan pandai bercerita. Tak terasa sudah beberapa jam berlalu.

“Pasti sekolahmu sudah bubar. Sekarang kamu Bapak antar pulang ya, buku ini Bapak berikan untuk Dini, tapi dengan satu syarat, Dini harus rajin belajar dan memperkenalkan Bapak dengan teman-teman Dini, bagaimana?”.

“Oke, terima kasih ya Pak, tapi saya masih boleh main kesini kan?”

“Boleh, ajak juga teman-temanmu yang lain, Ayo kita kerumahmu”.

Dini pulang kerumah dengan senyum dibibirnya. “Besok akan kuceritakan pengalaman seru ini kepada teman-temanku, pasti mereka tidak akan percaya,” bisik hati Dini.

Kamis, 20 Januari 2011

KEKALAHAN KOBO



“Saya tidak mau ikut adu kerbau itu lagi Pak, saya benar-benar sudah sangat lelah dengan pertandingan itu” ujar Kobo pada suatu pagi kepada majikannya yang bernama Pak Maman.

“Aku tidak mau tahu!, kamu harus ikut adu kerbau itu, kalau kamu tidak mengikutinya maka aku akan menyembelihmu dan kamu akan menjadi santapan semua penduduk desa ini !” teriak Pak Maman sambil menyodorkan rumput yang sudah dicampur dengan obat yang bias membuat Kobo tetap kuat.

Kobo pun tertunduk sedih. Dengan berat hati dimakannya makanan yang sudah disediakan majikannya itu. Setiap tahun dikampung tempat tinggal Kobo memang selalu diadakan pertandingan adu kerbau.

Dulu sewaktu masih kecil, Kobo memang ingin ikut pertandingan itu, tapi setelah beberapa kali Kobo mengikuti pertandingan itu, ternyata pertandingan itu membuat Kobo menjadi cepat lelah, apalagi sehabis bertanding semua badan Kobo terasa sakit.

Setiap kali bertanding pastilah kepala dan tanduk Kobo akan saling berbenturan sangat keras dengan kepala dan tanduk lawannya. Kadang-kadang lawan Kobo menyeruduk badan Kobo, begitu juga sebaliknya.

Setelah pertandingan selesai yang tersisi adalah rasa sakit yang tak tertahankan pada kepala dan semua badan Kobo. Makanya Kobo tidak mau ikut bertanding lagi.

***

Saat pertandingan pun datang. Pak Maman yang sudah memberikan ramuan kuat untuk Kobo memaksa Kobo untuk keluar dari kandangnya.

“Aku tidak mau ikut, aku benar-benar sangat lelah” tolak Kobo.

“Kobo ! Aku peringatkan sekali lagi, kamu harus ikut pertandingan itu, kalau tidak kamu akan merasakan akibatnya !” bentak pak Maman sambil terus menyeret Kobo.

Dengan langkah terpaksa Kobo mengikuti pak Maman yang menyeretnya dengan kasar.

“Perhatian! Perhatian! kepada semua penonton kami ucapkan selamat datang. Acara adu kerbau akan segera kita mulai. Sang juara Kobo akan melawan penantangnya Gobi…!” pembawa acara memulai acara itu.

“Ayo Kobo, ! Tunjukkan kepada kami kehebatanmu !” teriak sebagian penonton dari atas tempat duduk mereka.

“Kobo sepertinya kamu takut bertanding denganku ya “ Gobi mengejek Kobo sewaktu Gobi memperhatikan Kobo yang tidak bersemangat.

“Gobi, untuk sekarang aku tidak ingin ikut perlombaan ini. Karena setiap habis lomba badanku sakit semua” jelas Kobo.

“Alah, itu cuma alasanmu saja kan, agar kamu tidak jadi bertanding denganku” ejek Gobi.

“Ini semua benar Gobi, kalau kamu tidak percaya mari kita buktikan, setelah pertandingan ini, pasti semua badanmu akan sakit untuk waktu yang lama”

“Aku tidak percaya sebelum aku membuktikannya”

“Baiklah, jika ternyata apa yang aku katakana itu benar, maka kamu harus mengatakan kepada majikanmu kalau sebaiknya adu kerbau ini ditiadakan saja, karena akan membuat kita sakit, bagaimana?” tantang Kobo.

“Baik, itu akan aku lakukan jika aku berhasil mengalahkanmu,” Gobi mengajukan sarat. Dalam hati Gobi, jika kali ini dia menang pasti untuk selanjutnya dia yang akan ditantang untuk lomba adu kerbau oleh para pemilik kerbau lain. Dengan demikian Kobo tidak akan pernah lagi menjadi kerbau aduan.

Karena setiap kerbau yang menang selanjutnya akan ditantang oleh kerbau lain yang lebih kuat. Sedangkan kerbau yang kalah tidak akan diijinkan untuk ikut lomba lagi.

Benar juga apa yang dikatakan Gobi, jika aku kalah, pasti aku tidak akan ikut pertandingan ini lagi, bisik Kobo dalam hati. Apalagi jika Gobi merasakan bagaimana sakitnya setelah pertandingan itu, pasti Gobi juga tidak akan mau ikut bertanding lagi. “Baiklah, aku setuju dengan usulanmu” Jawab Kobo mantap.

“Satu…, dua…, tiga…, mulai “ sang juri memberi aba-aba bahwa pertandingan boleh dimulai kepada kedua kerbau itu.

“TOK… BUGH… NGUUUUH… Kedua kerbau itu pun saling beradu kekuatan, Kobo berusaha menahan serangan Gobi, karena Kobo ingin Gobi menang setelah semua badan mereka terasa sakit, dengan demikian Gobi pasti akan memenuhi janjinya. “Ayo Kobo…!” Terdengar teriakan pendukung Kobo.

“Ayo Gobi..!” Teriakan penonton menyemangati mereka berdua.

Beberapa menit berlalu kedua kerbau itu terus melakukan aksi mereka, sampai Kobo merasa sudah tidak kuat, dan Kobo juga melihat Gobi sudah kepayahan, Kobo pun memutuskan untuk berlari keluar dari arena pertandingan. Kobo berlari menuju kerumunan penonton yang sedang memperhatikan pertandingan itu.

Beberapa orang penonton berteriak dan berlari menghindari serudukan Kobo. Karena Kobo sudah berlari keluar arena pertandingan secara tidak langsung Kobo sudah berarti kalah.

“Pemenang adu kerbau tahun ini, adalah Gobiii” juri menepuk-nepuk punggung Gobi. Penonton yang menjagokan Gobi pun berteriak senang. Sementara penonton yang menjagokan Kobo terlihat sangat kecewa.

Sorak-sorai kemenangan terdengar diseantaro arena adu kerbau itu. Gobi yang merasakan kepalanya sangat sakit, merebahkan badannya di rumput lapangan.

“Hebat Gobi!, tahun depan kita akan bertanding kembali, “ ujar majikan Gobi sambil menepuk-nepuk punggung Gobi.

“Ma’af tuan, untuk tahun depan saya tidak mau bertanding lagi, karena semua badan dan tulang-tulang saya terasa sakit sekali, seolah-olah mau remuk”.

“Apa katamu ! Tidak bias, kamu harus bertanding lagi tahun depan, karena pertandingan ini sudah menjadi adat dan kebiasaan kita setiap tahun !” Teriak Majikan Gobi sambil berlalu meninggalkan Gobi yang sedang kesakitan.

“Bagaimana Gobi, kamu tidak berhasil membujuk majikanmu ya,” Kobo menghampiri Gobi.

“Iya, padahal aku sudah mengatakan alasanku,” Gobi tertunduk sedih. Sakit yang luar biasa menjalar diseluruh tubuhnya.

“Begini saja, kita minta kepada majikan kita, bahwa adu kerbau tahun depan bukan adu fisik secara langsung seperti ini, tapi , adu kekuatan dengan membajak sawah “ usul Kobo.

“Lalu bagaimana menentukan siapa yang akan menjadi pemenangnya ?”

“Siapa yang berhasil membajak sawah dengan cepat itulah yang akan menjadi pemenangnya”

“Benar juga usulanmu Kobo, dengan demikian, kita dapat berlomba sekaligus mengerjakan tugas kita sehari-hari,” Gobi tersenyum.

“Kalau begitu aku akan memberitahu majikanku dulu agar acara pertandingan adu kerbau tahun depan seperti yang telah kita sepakati, mudah-mudahan saja mereka mengerti dan mau menerima saran kita”

Kedua kerbau itu pun berlalu menuju kandang mereka masing-masing. Hanya do’a yang bisa mereka panjatkan kepada Tuhan, agar keinginan mereka dapat dikabulkan oleh majikan mereka. Semoga tahun depan rasa sakit seperti ini tidak akan mereka alami lagi.

TERNYATA


“Riyan, tunggu sebentar ya, aku mau kencing dulu” bisik Dika kepada Riyan yang sedang bersembunyi di samping rumahnya.
Riyan pun mengangguk, seraya merapatkan tubuhnya ke dinding. Dia tidak mau Deni mengetahui tempat persembunyiannya.
Sore itu mereka main petak umpet. Setelah hompimpah tadi, Deni yang mendapat giliran jaga. Dika dan ketujuh temannya yang lain segera berpencar untuk mencari tempat persembunyian yang aman.
Dika dan riyan akhirnya menemukan tempat persembunyian yang cukup aman yaitu disamping rumah Riyan. Rumah Riyan terletak agak jauh dari tempat jaga Deni dan anak-anak lain bersembunyi.
Satu persatu tempat persembunyian teman-teman mereka sudah berhasil di ketahui Deni. Dika dan Riyan yang masih bertahan ditempat persembunyian mereka. Tapi entah karena kelamaan bersembunyi, atau entah karena mereka berdiri tidak jauh dari saluran air rumah Riyan, sehingga Deni benar-benar sudah tidak tahan lagi ingin buang air kecil.
“Srrrrrrrrrrrrrrrrrr” terdengar suara air yang keluar dari saluran kencing Deni, lega rasanya setelah berhasil mengeluarkan kencing yang terasa penuh di kantong kemih.
Tapi kenapa celana ku terasa basah ya, pikir Deni dalam hati sesaat setelah berhasil menuntaskan buang air kecilnya.
Dan, beberapa saat kemudian semua badan Deni pun terasa digenangi air. Aduh, ada apa ini, keheranan tampak terlihat jelas diwajahnya.
“ Dek, dek, bangun dong, ah kamu payah, baru tidur sekali kalinya dikamar abang kamu langsung ngompol begini” terdengar teiakan Bang Ridwan sepupu Deni membangunkannya.
“ Aaah… ada apa sih Bang” Deni yang masih belum sadar dengan keadaannya malas untuk membuka mata.
“Deni, kamu itu ngompol di kasur abang, masa kamu enggak tahu sih. Sudah banjir begini, masih enak-enakan tidur, kasur Abang jadi kena ompol kamu tuh” gerutu Bang Ridwan.
“Hah, masa sih bang aku tidak kencing di kasur abang, tapi di got samping rumahnya Riyan” alasan Deni sambil mengernyitkan alisnya.
“Terserah kamu lah, yang penting sekarang kamu bangun dulu, dan segera kekamar mandi bersihkan badanmu dan ganti baju. Abang akan menjemur kasur ini di luar. Untung sudah siang. Lagian kamu ada-ada saja sih, kalau sudah degar azan subuh itu, langsung bangun saja, jangan di tunda tunda lagi. Begini nih hasilnya kalau sudah waktunya bangun, tapi tidak bangun, kamu jadi ngompol di kasur” Bang Ridwan masih ngomel sambil mengangkat kasur yang basah oleh kencing Deni.
“Maafin Deni deh Bang, lain kali Deni akan segera bangun jika terasa mau kencing” sesal Deni sambil beranjak ke kamar mandi.
Ternyata kalau kita mimpi buang air kecil, itu berarti kita benar-benar kebelet kencing. Simpul Deni dalam hati.