Jumat, 10 Juni 2011

Taubat Mr kopiah



“Wahai manusia seluruhnya bertaubat dan mohon ampunlah kepada Allah. karena sesungguhnya aku memohon ampunan kepada Allah sebanyak seratus kali dalam sehari.

Jika kita melakukan suatu dosa atau kesalahan, segeralah bertaubat, Sesungguhnya Allah maha luas ampunannya. Karena Allah tahu bahwa manusia tempat salah dan lupa,” Mr Kopiah menutup pelajaran kami hari ini dengan kutipan hadist Rasulullah SAW.

“TEEEETTTT..,” bel tanda pulang sekolah berbuyi.

Kami semua segera merapikan buku dan mulai membaca doa selesai belajar. Aku hari ini ada janji dengan Mrs Kopiah untuk ke rumahnya dan menginap di sana.

********

Aku tiba-tiba merasakan sesuatu yang kasar menimpa wajahku, sesuatu yang mendengus-dengus seperti anjing yang sedang mengendus di pipiku, beribu benda halus, tajam dan runcing menghujani pipiku. Aku megap-megap kehabisan napas, sesuatu itu sekarang sedang menindihku, memelukku kasar, sehingga untuk berontakpun aku tak bisa, sampai aku pingsan dan tak sadar.

Azan subuh berkumandang, aku terbangun dengan bersimbah keringat. Astaghfirullahalazhim, apa yang terjadi padaku, di mana aku, aku hanya menyaksikan kegelapan di sekitarku. Tak jauh dari tempatku tidur, samar-samar aku melihat seorang laki-laki sedang melakukan shalat , mungkin shalat sunnah fajar. Aku baru ingat, saat ini aku sedang berada di rumah guruku Mrs Kopiyah begitu saja sebaiknya kita memanggilnya. Kemarin aku di ajak beliau untuk menginap di rumahnya, sepertinya aku tertidur di ruang keluarga ini. Dari kejauhan aku mendengar suara air di kamar mandi. Aku rasa itu Mrs yang sedang wudhu. Lampu ruang keluarga itu ternyata belum dinyalakan.

Aku buru-buru membenahi selimut yang cukup tebal yang membaluti tubuhku, ternyata aku benar-benar tertidur di ruang keluarga ini, untunglah Mrs berbaik hati menyelimuti aku dengan selimut tebal dan hangat ini sehingga aku tidak menggigil kedinginann di malam yang memang sangat dingin itu. Setelah melipat selimut dan merapikannya di atas bantal yang kugunakan untuk tidur semalam, aku segera menuju kamar mandi, dan kebetulan Mrs sudah selesai dengan wudhunya. Aku menggosok gigi dan langsung berwudhu. Lalu kami shalat subuh berjamaah.

Sampai siang ini, mimpi aneh semalam masih saja berkeliaran dalam pikiranku. Hari minggu ini, Mr sedang ke sawah guna melihat perkembangan benih yang baru beliau semai beberapa hari yang lalu, sedangkan Mrs mencuci pakaian dan sudah ku bantu membilas dan menjemurkannya, kegiatan selanjutnya adalah memasak untuk makan siang. Pagi tadi, sebelum Mr kesawah, kami sarapan goreng pisang dan ketan serta secangkir teh. Goreng pisang dan ketan pemberian kerabat Mrs yang tinggal di sebelah rumah beliau. Meskipun sarapan pagi itu sangat nikmat, namun pikiran tentang mimpi anehku semalam masih belum hilang dari kepalaku. Aku lebih banyak diam.

Mrs Kopiah, ternyata memperhatikan perubahan sikap yang terjadi padaku, karena selama beliau mengenalku, aku adalah anak yang periang kalau tidak mau di katakan cerewet. Mrs Kopiah adalah guruku yang paling aku sayangi, beliau sudah kuanggap seperti ibuku sendiri yang sudah lama berpulang kepangkuan Ilahi.

“Sya kamu sakit, sepertinya kamu pendiam hari ini”, ujar Mrs sambil menyiangi ikan yang baru beliau tangkap di empang di belakang rumahnya. Aku ikut menangkap ikan itu tadi dengan menggunakan tangguak.

“Tidak Mis, aku baik baik saja.”

“Hmmm Mis tau. Karena tidak Mis bangunkan untuk tidur di kamar kan.”

“Ah..gak kok Mis, aku tidak apa-apa tidur di ruang keluarga, aku berterima kasih Mis sudah menyelimui aku, dengan selimut yang hangat.”

“Kamu biasanya ceria, kenapa hari ini kamu terlihat pemurung, apa yang sedang kamu pikirkan Sya, kamu tidak senang bersama Mis disini?”

“Oh...tidak begitu Mis, aku senang disini. Aku ...hhmmm agak sedikit pusing saja,” ujarku berkilah. Karena aku tak berani menceritakan mimpi anehku kepada ibu yang baik hati ini. Aku tidak mau beliau jadi merasa bersalah padaku. Dengan sekuat tenaga kuhilangkan bayangan mimpi aneh itu dari pikiranku. Dan aku berhasil kembali seperti aku yang biasanya. Dan Mrs-pun sudah tidak menanyakan lagi masalahku.

Sampailah pada saat waktu tidur kembali. Sama seperti kemaren, kami menonton TV dan aku bermanja-manja dengan Mrs, sampai aku ketiduran lagi. Setelah beberapa lama tidur nyenyak, tiba-tiba aku merasakan mimpi yang sama seperti semalam lagi, kali ini mimpi itu lebih mengerikan, pelukan itu lebih kencang dari semalam, dan hujanan ribuan benda kasar, dan tajam itu semakin bertubi-tubi menghajar wajahku, dengusan anjing kelaparan mulai terdengar di kupingku, napasku sesak aku megap-megap , tapi kali ini aku tidak mau pingsan, aku harus bangun dari mimpi buruk ini, ya Allah bangunkan aku, aku berontak berusaha melepaskan pelukan kasar yang sangat erat ini.

Sayup-sayup aku mendengar suara yang mengatakan ayo kita nikmati malam ini, suara yang tidak asing bagiku, suara yang membuat aku hampir pingsan, ternyata semua ini bukan mimpi, ini nyata ini benar-benar terjadi, aku sedang di peluk oleh seseorang yang sangat aku hormati, aku segani dan bahkan kupuja sebagai selayaknya orangtuaku sendiri. Sang Mr yang aku hormati itu ternyata sedang berusaha menjamahku, meskipun aku terkurung dalam selimut tebal tapi , wajahku berhasil di perawaninya. Ribuan benda kasar dan tajam itu ternyata kumis dan bakal jambangnya, aku berkelit, aku tak mau kulitku yang masih perawan di sentuh oleh lelaki yang bukan muhrimku, lelaki yang bukan suamiku. Tapi usahaku sia-sia, betapapun aku sekuat tenaga berontak dan menghindari wajahku agar tak tersentuh oleh kumis dan bibir bajingan itu, tetap saja hal itu percuma, aku terbalut selimut hangat dan dengan kaki dan tangannya yang kuat menjadikan aku sebagai gulingnya, benar hanya wajahku saja yang di jamah, tapi aku sungguh tidak ikhlas dan tidak ridho, aku hanya bisa menangis, aku tidak bisa berteriak, nafasku begitu sesak karena berada dalam cengkaraman lelaki tengil itu, aku benar-benar hampir berhenti bernafas, tapi aku harus menghentikan kebiadaban yang sedang aku alami. Aku tau konsekuensi jika aku berteriak, pasti akan membangunkan Mrs dan akan membuat beliau shok, atas ulah suaminya. Dan tentunya beliau juga akan marah padaku , karena berhasil membuat suaminya berpaling darinya. Pada akhirnya aku menggigit pipinya yang mampir di sekitar mulutku. Gigiku yang tajam berhasil menyabet kulit keribut itu. Ku tancapkan gigiku sekuat tenaga, sehingga membuat dia mengaduh dan segera meninggalkanku.

Itulah sahabat, setelah perangai setan itu dilakukannya padaku, ditengah kegelapan malam, bajingan itu bangkit, entah dia sudah merasakan kenikmatan yang diinginkanya entah tidak, dia pergi kekamar mandi dan membiarkan aku terkapar tak berdaya sambil menangis menyesali apa yang terjadi. Beberapa saat aku mendengar gemericik air, entah air wudhu atau air mandi jenabat aku tak tahu. Beberapa waktu kemudian bajingan itu keluar dari kamar mandi dan melakukan shalat. Entah shalat apa yang dilakukannya setelah melakukan perbuatan setannya padaku. Ataukah dia sedang bertobat memohon ampun kepada Allah, seperti yang pernah diajarkannya kepadaku. Entahlah..

Tapi apa guanya, dia hanya tobat sambal, tidak sebenar-benar tobat sebagaimana yang diajarkan junjungan kita itu. Sama seperti yang kemaren yang dilakukannya padaku. Aku tercenung, berarti malam kemarin itu aku benar-benar pingsan, dan baru tersadar ketika azan yang membangunkanku. Apakah setan tua itu tidak menyadari kalau aku benar-benar pingsan kemarin malam itu. Benar-benar setan sudah bersarang di hati tua bangka ini. Karena sama seperti saat ini setelah setan tua itu selesai salat, azanpun berkumandang. Sepertinya dia sudah memperhitungkan jam dan waktu yang tepat untuk melakukan perbuatannya. Aku benar-benar tidak bisa memaafkan setan tua itu. Tapi kemana sang Mrs, apa dia tidak tau perangai suaminya ini. Apa dia pura-pura tidak tau atau, dia ikut bersekongkol menghadirkan para calon mangsa kerumahnya. Wallahualam

Kalian tau sahabat, setelah itu aku buru-buru mandi, seperti mandi jenabat yang diajarkannya, meskipun hanya wajahku yang bersentuhan dengan kulitnya, tapi aku tetap menganggap itu adalah najis atau hadast besar yang harus ku bersihkan dengan mandi jenabat. Biasanya mandi itu aku lakukan ketika selesai haid, namun sekarang pertamakalinya aku melakukannya karena lelaki. Aku hanya bisa menangis dan mohon ampun kepada Allah atas segala perbuatan terkutuk itu. Untunglah pagi itu hari senin dan saatnya harus sekolah, jadi kalau aku mandi subuh-subuh seperti itu aku tidak akan ditanya, karena selesai salat subuh dan sarapan kami kembali kesekolah, aku sebenarnya tidak ingin berboncengan dengan setan tua itu, tapi aku tidak punya pilihan, jika aku berjalan menuju sekolahku, pasti aku akan sangat terlambat, apalagi aku tidak mau Mrs curiga dengan tingkahku itu. Akhirnya sama seperti waktu aku datang, kali ini aku juga duduk di tengah, tak sengaja aku melihat ke kaca spion motor, senyuman setan tua itu membuat aku bertambah muak dan ingin muntah, aku berjanji tidak akan kerumah ini lagi.

********

“Sya, maafkan Mr ya, maukah kamu ke rumah hari ini,” pinta Mrs kopiah. Aku mematung tidak tahu harus menjawab apa. Hampir sebulan Mr kopiah sakit. Dan saat ini dia berpikir ajal akan menjemputnya. Dia membuat pengakuan dan meminta maaf kepada Mrs tentang perbuatannya terhadap beberapa murid perempuan yang menginap di rumahnya. Sebenarnya Mrs terpukul mendengar pengakuan itu. tapi sebagai manusia yang tidak luput dari dosa, Mrs memaafkan suaminya. Mrs meminta suaminya itu untuk meminta maaf juga kepada semua murid perempuan yang pernah disakitinya.

“Mis.. saya sudah memaafkan Mr dan berusaha melupakan semua kejadian itu. Tapi saya tidak bisa ke rumah Mis. Saya masih trauma. Saya hanya bisa berdoa semoga Mr cepat sembuh.”

“Terima kasih Sya, Mis tau, pasti kamu keberatan jika harus ke rumah lagi. Kalau suatu saat kamu sudah bisa melupakan hal itu, Mis harap kamu bersedia main kerumah lagi ya Sya,” Mrs memelukku . Kulihat butiran bening di sudut matanya.

Bekasi, 8 Rabiul Awal 1432 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung ya sahabat... ^_^