Selasa, 22 Desember 2009
1 muharram,Tahun Baru yang penuh berkah
Alhamdulillah tahun baru telah kembali menjumpai kita. Tahun baru hijriyah ini adalah tahun baru yang sebenarnya bagi kita sebagai umat muslim, karena tahun hijriyah berarti tahun dimana kita hijrah dari kebiasaan yang kurang baik di tahun lalu kepada kebiasaan yang lebih baik di tahun ini.Hal ini juga menjadi resolusiku di tahun baru ini. Pada tahun lalu aku kurang banyak menulis, insyaallah tahun ini aku akan semakin sering menulis, sekalipun tulisanku belum di muat dimedia apapun. setidaknya para sahabat atau siapapun yang mengunjungi blogku dapat menikmati tulisanku dan semoga bisa mengambil manfaat dari tulisanku itu.
Resolusiku yang lain adalah lebih giat lagi belajar tahfidz alqurannya, saat ini alhamdulillah memang sudah ada sedikit ayat yang aku hafal, aku berdoa kepada Allah semoga tahun ini hafalanku semakin bertambah dan semakin lancar. Selanjutnya harus lebih giat belajar di semester lima ini. Isyaallah aku akan menyelesaikan semua sks yang tersisa di semester lima ini, dan untuk semester enam tinggal perbaikan nilai yang kurang memuaskan saja. YA Allah bantu aku ya... setelah itu aku berharap Allah juga berkenan menjagaku dan keluargaku dari segala bentuk kejahatan dunia dan akhirat. Semoga Allah selalu memberikan dan menjaga hidayah dan nikmat islam ini dalam keluarga kami. Semoga Allah memberikan keistiqamahan islam ini kepada keluarga kami dan seluruh umat muslim. Semoga Allah melindungi kita dari segala bencana dan musibah. Semoga negara kita bebas dari keburukan pemimpin yang zalim. amin....
Liburan Sekolah
“ Libur sekolah kali ini ada cerita seru yang akan aku ceritakan pada kamu, pasti kamu akan merasakan hal yang sama dengan yang aku rasakan, jika kamu mendengar ceritaku nanti” ujar Dewi dengan penuh semangat di hadapan semua teman-temannya di kelas lima pagi itu. belum selesai Dewi berbicara, bel tanda jam pelajaran di mulai berbunyi. Mau tak mau Dewi terpaksa menghentikan ucapannya dan segera duduk di teras bersama murid-murid lainnya untuk mengikuti tadarus bersama di sekolah mereka yang memang setiap pagi dilakukan.
Hari ini adalah hari pertama Dewi masuk sekolah, setelah dua minggu menikmati liburan kenaikan kelas, Semua murid kelas lima Abu bakar siddiq itu di minta Bu Ria untuk menceritakan liburan mereka. Dewi tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia adalah orang yang pertama yang mengacungkan tangannya ketika pertama kali Bu Ria meminta murid-muridnya untuk bercerita di depan kelas.
“Baiklah, Dewi silahkan bercerita tentang liburanmu kali ini” ujar Bu Ria.
Dengan bersemangat Dewi segera maju kedepan kelas, dan mulai bercerita tentang liburannya yang sangat menyenangkan. “Teman-teman semua, aku akan bercerita tentang liburanku. Di hari pertama liburan, papiku mengijinkan aku untuk browsing di warnet, aku sangat senang, di internet aku bisa tahu banyak hal, mulai dari pengetahuan umum, membuat email sampai dengan membuat blog, waktu itu aku pernah melihat ibu membuat blog untuk ibu sendiri, setelah itu aku jadi ingin mempunyai blog seperti ibuku. Sebelumnya aku juga sudah dibuatkan oleh ibuku sebuah email atas namaku sendiri, kerenkan, nah setelah itu aku baru membuat blog atas namaku sendiri, ternyata membuat blog itu sangat mengasyikkan, disana aku bisa menulis apa saja yang aku inginkan . aku juga menulis cerpen, dan aku juga memasukkan beberapa cerpen yang di tulis ibuku. Karena asyiknya membuat blog ini, maka tak terasa sudah maghrib. Papiku sedikit kecewa karena aku browsingnya terlalu lama, akhirnya papi memutuskan untuk memakai sebuah provider internet untuk komputer rumah kami.
Inilah yang sangat mengasyikkan buatku, setelah jaringan internet dirumahku sudah aktif, aku di ijinkan papi untuk menggunakan internet kapan saja aku mau. Dan di sepanjang liburan ini, aku browsing di internet setiap hari. Dan yang lebih menyenangkannya lagi, blogku sudah dibaca oleh beberapa orang, dan mereka memberikan komentar atas tulisan-ku, bahkan diantara mereka ingin menjadi sahabatku, kami sudah berkenalan meskipun hanya lewat email. Nah demikianlah cerita seru nya liburanku. Terima kasih.....” Dewi tersenyum puas setelah berhasil menceritakan liburanya yang paling seru.
Plok....plok....plok.... seisi kelas bertepik untuk dewi. Teman-teman dewi tidak menyangka ternyata cerita dewi sangat berbeda dengan liburan yang mereka rasakan, meskipun menurut mereka liburan mereka juga seru.
Kamis, 10 Desember 2009
Hikmal ingin bikin blog
10 desember 2009.
Ibu lagi buka "laptopajaib", ternyata hikmal melihat blog ibu, nah hikmal jadi mau punya blog juga deh. katanya hikmal biar punya mainan baru. emag blog ini mainan apa... aya...aya wae.
Hikmal pikir kalau setiap ibu buka blog berarti ibu sedang main. Karena seperti kebiasaannya kalau lagi buka komputer atau laptop berarti sama dengan lagi main. Kebetulan di komputer memang di instal berbagai edugames.
Hikmal sekarang sudah kelas satu SD di SDIT Al Muchtar dekat rumah. Di sekolah prestasi hikmal cukup lumayan, meskipun memang tidak terlalu pintar, tapi ibu rasa cukuplah, untuk seorang hikmal sebagai siswa baru di SD, di banding teman-temannya yang lain. Hikmal sudah cukup belajar di rumah sama Ibu dan kakaknya Syifa, sementara Ibu dengar beberapa anak lain harus 'les' dengan guru mereka sepulang sekolah. ada yang kurang di bahasa inggris, bahasa arab, matematika atau membaca. Ibu bangga sama Hikmal dan Syifa, belajar sama ibu di rumah saja sudah cukup.
Tapi kebetulan Syifa udah mau ujian nasiional, jadi mau gak mau Syifa harus ikut bimbel dan les di sekolahnya. Sebenarnya Ibu juga kasihan sama anak ibu, ibu khawatir hak bermain mereka terzalimi, karena sekolah mereka fullday school. Berangkat jam 7 pagi pulang jam 14 untuk hikmal, dan jam 15 untuk Syifa. Tapi untunglah kedua anak ini tidak keberatan, malah mereka enjoy dengan sekolah mereka. walau hikmal kadang sedikit susah dibangunkan pagi hari. Mudah-mudahan semakin bertambahnya usia Hikmal semakin mudah Hikmal di bangunkan amin...
Mungkin ada yang berpikir kenapa tidak di sekolahkan di sekolah negeri atau di sekolah yang tidak fullday school aja? Jawabannya yang pertama, karena ibu dab bapak Hikmal ingin agar anaknya lebih baik dari mereka dalam hal agama. kebetulan di SDIT Al Muchtar adalah sekolah islam terpadu yang muatan agama dan muatan lokalnya seimbang. Kedua, sebagaimana yang ibu dengar dari berbagai sahabat dan tetangga yang anaknya bersekolah di sekolah negeri di bekasi utara ini, ternyata di sekolah negeri, disamping banyak pungutan yang mendadak, proses belajar mengajarnya juga tidak dua arah. apalagi satu kelas itu terdapat hingga lima puluhan murid dengan satu orang guru. Ibu dan bapak jadi tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya anak-anak kami jika harus belajar dalam kondisi seperti itu.
Memang sih ..bersekolah di SDIT agak sedikit mahal, tapi tak apalah, semoga Allah menambahkan RzekiNya untuk kami demi kelanjutan sekolah anak-anak kami. Karena Allah maha tahu niat hambanya.
Oh iya.. kenapa ceritanya jadi tentang sekolah Syifa dan Hikmal, ya... padahal kan tadi judulnya adalah Hikmal yang ingin punya blog. Bagaimana ya... buat blog untuk Hikmal atau gak... Lihat ntar aja deh, Ibu mau ngetes dulu Hikmal sudah bisa nulis apa yang sedang di pikirkannya gak ya...
Ya udah dek...coba tulis dulu di bawah ini yang adek mau.
''ibu,.... aku.....suka nulis tahfidz. dan nulis qiroati, aku suka main ps2 dan laptop sama psp. udah ya bu, adek udah pegel.''
ya..adek baru dikit aja udah pegel, gimana mau punya blog.. pasti gak diisi deh...
Kamis, 03 Desember 2009
perjalanan menuju manasik haji
25 november yang lalu, aku mengantar anak-anakku syifa da hikmal mengikuti manasik haji yang di selenggarakan oleh sekolah setiap tahunnya. Kebetulan tahun ini acara tersebut bertempat di marakash square, kurang lebih empat kilo meter dari rumahku. Seperti biasa , karena jarak yang harus ku tempuh untuk mengantar sang buah hati cukup jauh, jadi ijin khusus dari sang suami sangat di butuhkan. Karena sampai sejauh ini aku hanya diijinkan untuk mengendarai motor baru sekitar rumah , sekolah dan pasar Seroja yang tidak begitu jauh dari rumah.
Beberapa hari sebelumnya aku sudah memberitahukan suamiku bahwa anak-anak akan manasik haji di marakas, sang bapak menyarankan agar kami naik angkot saja, namun aku berpendapat lain, jika naik angkot aku akan kesulitan membawa dua orang anak, karena harus turun naik angkot sebanyak dua kali pergi dan dua kali pulang. Sementara jika menggunakan motor, aku bisa menghemat waktu dengan melewati "jalur dalam" yang bukan jalur angkot. didamping itu ini kesempatan pertamaku u ntuk mengenjdarai motor sedikit "jauh" dari rumah. masalahnya bukan karena aku takut jauh-jauh dari rumah untuk mengendarai motor ini, namun lebih kepada ijin sang suami yang belum keluar disebabkan aku belum punya SIM, di tambah lagi suamiku adalah tipe suami yang sangat khawatir tetag keselamatan istri dan anak-anaknya, makanya seperti yang aku katakan diawal tadi, aku harus punya ijin khusus untuk mengendarai motor dengan jarak "jauh" dari biasanya.
Dengan dibantu oleh dua buah hatiku untuk memohon pada bapaknya, akhirnya ijin khusus itupun berhasil ku peroleh. dengan berbagai sarat yang di tetapkan oleh suami tercinta, diantaranya, pakai helm, bawa STNK, jalannya di pinggir, hati-hati, selalu awasi spion kiri kanan, mengendarai motornya pelan-pelan, gak boleh ngebut, dan harus lewat jalan "dalam" bukan jalan angkot, dll demikian sederet persaratan, dan mugkin masih ada, namun aku sudah lupa.
Akhirnya hari H untuk menuju manasik hajipun tiba, pagi sebelum kami berangkat ternyata hujan turun, aku mulai ragu untuk berangkat, tapi Syifa memintaku untuk tetap berangkat, karena syifa punya tugas khusus di manasik haji nanti, demikian alasannya. Akhirnya dengan menguatkan diri dan dengan tekad yang di tambahkan aku mohon dan berdoa kepada Allah agar aku di beri kemudahan dalam perjalanan ini.Mungkin anda semua akan tertawa membaca tulisanku ini, dan berpikir aku terlalu "Lebai" dengan perjalanan ini. Aku punya alasan sendiri untuk menjelaskannya. Pertama ini adalah perjalanan perdanaku untuk jarak jauh dari biasanya. yang kedua, biasanya jalanan yang akan aku lewati ini, jika habis di guyur hujan akan sangat becek dan licin, karena kebetulan "jalan dalam" ini belum di aspal dan masih asli jalan tanah, yang tanahnya ini adalah tanah lempung yang sangat licin jika kita lewati, jadi disini aku harus ekstra hati-hati karena aku mempertaruhka keselamatanku dan keselamatan dua buah hatiku.
Alhamdulillah setelah doa yang kupanjatkan di sertai semangat dari dua buah hatiku, akhirnya kamipun berangkat. Aku mampir kesekolah dulu untuk mencari teman yang mau bareng denganku, setidaknya jika aku kenapa-napa, ada teman yang mengetahuinya. Tapi ternyata tidak ada satupun teman yang ku kenal ikut manasik haji ini, entah mereka sudah duluan, atau mereka tidak ikut karena hujan. yang ada hanya jemputan dari sekolah, yang aku pikir poasti akan lewat jalur biasa, karena hanya itu satu-satunya jalur mobil. Akhirnya akupun berangkat dengan doa dalam hati di sepanjang perjalanan agar Allah selalu menjaga kami.
benar saja sampai di jalan yang harus kami lewati yang mereupakan jalan tanah , aku memperhatikan ada bekas roda motor yang tergelincir. Aku hanya bisa berdoa, agar aku tidak tergelincir, tak kupedulika lagi sepatu yang aku pakai akan terkena air dan becek, dengan hati-hati aku mulai menggas motor, dan salah satu kakiku berusaha untuk tetap berpijak di tanah sambil sedikit diangkat jika motor mulai ku gas. Sang buah hatipun juga turut berdoa demi keselamatan kami, anakku sudah tidak mempedulika lagi jika pakaian ihram yang di kenakanya akan terkena becek. Sambil terus berpegangan dan berdoa mereka minta aku berhati-hati. Alhamdulillah ritangan pertama berhasil kami lewati, rintangan berikutnya adalah genangan air hujan yang menggenang bak kolam renang kotor di jalanan yang menghubungi antara jalan tanah tadi dengan marakash square, yap aku sudah berhasil melewati jalan tanah, kini satu rintangan besar lagi adalah jalanan yang bak kolam ini, juga merupakan jalan umum yang di lewati angkot, dan kendaraan pribadi lainnya. aku hampir saja kehilangan kendali motor ketika menambah gas untuk melewati genangan itu, karena di kiri dan kananku banyak sekali motor dan angkot yang lewat, sehingga aku hanya punya sedikit celah yang bisa kulewati, dengan bersemangat dan tetap hati-hati akhirnya aku berhasil keluar dari rintangan kedua ini. Alhamdulillah ya Allah , akhirya kedua rintangan besar itu berhasil ku lewati.
" Untung sendal kakak gak copot bu, tadi sendal kakak hampir copot kesenggol angkot" demikian ungkap syifa setelah kami berhasil melewati rintangan kedua ini.
" Anggap saja perjalanan hari ini sebagai langkah pertama kita untuk berangkat haji yang sesungguhnya Kak, karena kata orang-orang untuk menunaikan ibadah haji itu akan banyak sekali ritangannya. Nah orang yang sabar dan ikhlaslah yang berhasil melewati rintangan itu" sahutku.
" Semoga saja suatu saat kelak kita bisa juga menghadapi rintangan untuk melaksanakan ibadah haji yang sebenarnya ya Bu..." ucapan anakku membuatku menitikkan air mata. Amin...ya Allah, hamba harap Engkau memberikan rintangan ini untuk mengundang hamba dan keluarga hamba menuju rumahMu yang suci..labbaikalllahumma labbaik......
Kamis, 19 November 2009
mengelola marah
Siapapun pasti pernah marah, masalahnya bagaimana kita bisa menelola marah itu sehingga bisa tersalurkan dengan baik. Hari senin ini seperti biasanya aku harus mengajar murid-murid kecilku di TPA dekat rumah. Namun karena ada tukang dirumah yang sedang memperbaiki atap rumahku yang bocor, jadi mau tak mau aku harus minta ijin kepada kepala TPA bahwa aku tidak bisa masuk pada hari ini lewat SMS ke HP beliau. Meskipun beliau tidak membalas SMS ku aku yakin beliau sudah membacanya dan mengijinkan aku untuk tidak masuk. Jika pekerjaan tukang itu selesai sebelum jadwal mengajarku, maka aku akan tetap berangkat mengajar, demikian janjiku dalam hati.
Benar saja, tukang yang bekarja di rumahku sampai jam empat sore dimana saatnya aku harus mengajar, masih saja berkutat dengan pekerjaannya yang hampir rampung. Dengan sangat terpaksa aku tidak bisa bertemu dengan murid;murid kecilku itu... Namun baru sepuluh menit berlalu dari jam $ sore, suara telpon memanggilku, segera kuangkat telpon dan menyapa orang yang di seberang sana dengan salam. belum selesai salam yang ku ucapkan, sang penelpon berteiak-teriak menyuruhku masuk dan mengajar di TPA, alasannya guru yang biasa bersamaku juga tidak hadir. Dengan teriakan marah sang penelpon tidak memperdulikan alasanku tidak bisa masuk hari ini. Dia meminta aku meninggalkan tukang yang sedang bekerja untuk datang ke TPA saat itu juga. Subhanallah... benar-benar seseorang yang tidak bisa mengontrol marahnya sama sekali, karena belum selesai aku menjelaskan alasannku sang penelpon buru; buru mematikan telponnya dengan alasan pulsanya habis.
Lama aku tercenung, antara kesal karena alasanku tidak di dengar, marah karena tiba-tiba dia mematikan telponnya, dan sedih karena sang penelpon yang aku kenal itu ternyata tidak seperti yang selama ini aku bayangkan. Orang yang selama ini baik dalam pikiranku, karena aku memang baru mengenalnya kurang lebih setahun ini, ternyata tidak bisa mengontrol marahnya sehingga harus berteriak teriak di telpon hanya untuk masalah sepele karewna ketidak adaan guru. Maha benar Allah dan rasulNya, janganlah marah.. sesungguhnya setan bersama orang yang marah, jika kamu marah maka bersegeralah berwudhu. Karena api { syetan } akan lenyap bila di lawan dengan air { wudhu }. Semoga Allah memaafkan sahabatku ini, dan semoga aku juga bisa lebih mengotrol marah dengan cepat-cepat berwudhu ketika marah. amin...
Liqo
Selasa 17 nov 09
Hari ini insyaallah ada Liqo di rumah, aku bingung mau masak apa. Seperti biasa jika ada acara-acara seperti ini , kadar kebingunganku akan meningkat. Masalahnya aku tidak begitu ahli dalam memasak. Paling cuma masak telur, tahu tempe ayam. Semuanya biasanya di sambel atau di gulai. Nah.. untuk makanan seperti snack aku tidak bisa. Paling cuma bolu kukus biasa. Sekarang apa yang harus aku masak untuk para tamuku nanti. mau pesan, sepertinya sudah telat . Karena sekarang sudah j am 8, sudah tidak ada yang mau menerima pesaan yang akan diambil siang ini. Kalau masak... aku bigung apa yang akan aku masak...
Subhanallah.. Allah benar- benar bersama hambanya . Apalagi hambaNya yang sedang kebingungan seperti aku. Sehabis mengantar anak-anak sekolah. Aku termangu di depan pintu pagar rumah memikirkan masakan apa yang akan ku suguhkan untuk tamuku nanti. Beberapa saat berdiam di depan pagar itu, tiba;tiba datang seorang ibu menghampiriku. Ibu yang ku kenal sebagai istri dari satpat komplek rumahku ini menawarkan agar aku membeli bolu buatannya yang uangnya akan dia gunakan untuk periksa kehamilan di bidan dekat rumah.
Sesaat aku terpana... Allah mempertemukan hambNya yang mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam sebuah kesempatan yang sama.. Aku langsung menanyakan bolu yang di maksud ibu itu, dan menanyakan berapa harganya. setelah sang ibu memberitahu bahwa b olu yang di buatnya adalah bolu coklat yang di taburi meses. Degan harga duapuluh ribu satu loyang. Aku otomatis mengangguk mengiyakan bahwa aku akan membeli bolu itu.
Terima kasih ya Allah, berkurang satu masakan yang harus aku masak. sekarang saatnya membuat masakan yang lain. dan aku sudah tau harus memasak apa. Lontong sayur, dan seloyang puding... aku hanya akan membuat kuah sayurnya besrta puding. Ketupatnya yang udah jadi akan ku beli di pasar. Yap beres...
Minggu, 01 November 2009
Succes and Lucky
--From testmagic.com
I
fully agree with the claim that there is no correlation between success
and luck. Moreover, I understand success to refer to one’s ability to
achieve the predominant part of his goals in his lifetime, which in
turn leads to a correlation between success and income since the
accomplishment of such a natural goal as to provide a good future for
your loved ones demands the means. What is the simplest and most lawful
way to earn enough to consider yourself a successful person? To receive
a good education and to find a good job. Both receiving an education
and making a career presuppose one’s readiness to work hard, and
success without hard work is simply not possible for the vast majority
of the world's population. The reasons and examples listed below will
strengthen my point of view. First of all, considering an education and
a career as key factors of success, one will choose to pursue a degree
from a college or a university. One wishing to be admitted to the
university will have to take several tests. It is doubtful that someone
will be so lucky that knowing nothing, he could pass the test with a
high score. A low score means failure, and that test taker will not
likely be admitted. Therefore, in order to be successful, one should
prepare for the tests and work hard, because a good education will
provide him with a good job and an opportunity to accomplish some of
his goals and dreams. In my lifetime, I have never met a person who
could graduate from a college without working hard.
Secondly, it is impossible to make a career if one is indolent and
lacking knowledge, at least in developed countries. Luck plays no role
in achieving this success. Even if someone was unbelievably lucky
enough to become a manager not being qualified enough, he will be asked
to resign in the near future because of his inability due to lack of
knowledge and experience to make right decisions. For instance, I used
to work for a very small company owned by a friend. This company was
later closed because of bankruptcy. The cause of bankruptcy was wrong
strategies and decisions made by the owner. After the failure, he went
to a university and worked for another company so that he could obtain
experience and become a successful businessman. Nowadays, he considers
himself a successful person because he had turned into reality his two
biggest dreams of producing consumer goods of high quality and making
charitable donations to needy people.
In sum, as long as someone understands success as an ability to turn
into reality some of his dreams and goals, he will have to work hard
because he will need money. And his chances to earn that money will
remarkably increase if he could graduate from a college and make a
career. All of these things are simply not possible without hard work.
Luck has no place in such a scheme of events.
Sabtu, 24 Oktober 2009
HP Penuh Hikmah
Alhamdulillah, akhirnya bisa juga hp ini digunakan, setelah menunggu 2 hari. Padahal belinya hari sabtu 12 sept 2009 tapi ternyata pulsanya habis, jd baru kemaren beli pulsa. Setelah pulsa diisi, ternyata malah tidak bisa di pakai, gak bisa krm pesan n gak keliatan kontaknya. Tapi , akhirnya hari senin ini si bapak bawa hp ini ke konter nokia lg. Ternyata msh gak bisa, hrs ganti kartu atau up grade kartu. Kata si bapak mending beli yang baru aja. Ya udah beli lagi deh walau sayang pulsa hp yang lama msh ada. setelah beli dan mulai di aktifkan, baru si bapak sadar klo ternyata nomor hp yang baru ini adalah nmr yg sangat cantik. Mo tau nmrnya?... Nih dia ********3975. Coba perhatikan 4 angka akhirnya, itu adalah tgl lhr ku 3-9-'75 . Unik banget kan. Sebuah hikmah yang sangat indah.. Terima kasih ya pak i love u full ha..ha..ha..
16 sept '.....
Hp udah ada, eee... Pulsanya sekarang yg habis, males banget deh!, jadinya mo smsan juga gak bisa. mo bikin tulisan, gak ada ide, kaya'nya ide di kepala gak bisa di keluarin, entah kenapa. Hhhh... Mo bersih-bersih, bentar aja udah cape' , bingung nih, lagi kena sindrom malas yg luar biasa nih... Gimana cara ngatasinnya ya?...
17 sept....
Dari pada bengong mending bersih-bersih halaman depan, si yadi tukang di telponin gak diangkat2. Padahal si bapak udah ngasih uang buat bayar tukang bersih-bersih di depan, mendingan bersihin sendiri aja. Alhamdulillah, allah dengar juga doa hambanya, untung ada mamang tukang bersih rumput lewat, ya udah sekalian aja minta tolong mamang itu ngecet, n bersih2 jadi gak perlu manyun lg nunggu si yadi tukang
jam'12 selesai sdh kerjaan s mamang, dia maunya setengah hr aja mo plg kmpg katanya. Ya udah deh gak pa-pa' yang penting udah di bantu, rumah udah kliatan lebih rapi, ma' ksh ya mang, smoga slamat sampai di kampung.amin...
Si mamang mah enak bisa pulang kampung, meskipun uang gak seberapa yang penting silaturrahmi idul fitrinya, begitu kata s mamang, nah makanya tadi dia keluar rumah dengan harapan dpt bonus untuk plng kmpg. Allah mengabulkan doa dua hamba yang berbeda dalam satu kesempatan, si mamang dpt kerja dari aku dan aku dpt bantuan dr s mamang. Sungguh indah cara Allah mengabulkan doa hambaNya. Tujuan akhirnya sama yaitu persiapan lebaran!
Sebenarnya aku td sempat iri sama s mamang, meskipun gak ada uang, tapi semangat silahturrahminya luar biasa, sedangkan aku, uang tak cukup, untuk pulang kampung. semangatpun hilang , karena pulang kampungnya ke bukittinggi jadi bawa uangnya harus banyak... .... Memang payah!
30 sept 09,
masyaallah...ada gempa d padang pariaman dan sekitarnya dg kekuatan 7,6 skala richter, itu artinya sangat, dahsyat, aku buru-buru tlp k kmpg, tak bisa, jrngan sibuk begitu jawaban yg ku dengar dr hp apa... Ya allah smoga klg ku baik-baik aja...
Aku coba sms, smoga bs...
Alhamdulillah.... Beberapa mnt kmudian, apa membalas smsku, dan blang klo apa dan klg d kmpg baik- baik saja. Terima ksh ya Allah, terima ksh sudah menyelamatkan kluarga ku..
Rabu, 13 Mei 2009
Nouns
Grammar Rule for Nouns
a noun is:
a person, place, thing, or idea
If you can read this page, you probably already understand nouns pretty well, so we'll try to teach you something that you might not know and that is important for the TOEFL, GMAT, SAT II: Writing, and other standardized tests that test your English.
Special note about pronouns: You should also be aware that TestMagic does NOT adhere to the traditional system of classifying parts of speech--in the traditional system of classifying parts of speech, nouns and pronouns are placed into two separate groups. There is a certain logic for this division that makes perfect sense, but in our years of teaching, we have learned that our students can raise their scores faster if we include many (but not all!) pronouns in the set of nouns. For example, according to the TestMagic system, I, me, she, him, them, and us are considered nouns.
Tricky Grammar Relating to Nouns!
Many nouns can function as adjectives. For example, if we talk about dog food, and we try to figure out the part of speech of dog, we might want to say that it is a noun. Actually, it is a noun if you look at it by itself, but at TestMagic, we say that it is "a noun functioning as an adjective" in that instance.
Some people will call a noun in this position a noun modifier, and it is also correct to say this. And some people will call all the nouns together a compound noun--a series of nouns together to form one noun phrase. Even though different teachers use different methods to explain, the concept is still the same--sometimes a noun can come before another noun to modify it.
Here are some more examples of this structure:
- university bookstore
- Stanford Univeristy bookstore
- drug addiction
- telephone company
- videocassette recorder
Inversion - By TestMagic.com
There are at least eighteen types of inversion:
1. neg intro
2. intro adverbial (in, down, prepositional phrase)
3. intro -ed
4. comparative
5. intro comparative
6. as
7. so... that...
8. had, should, were
9. there is
10. here is
11. intro -ing
12. emphasis
13. the bigger, the better
14. questions
15. "story speech"
16. nor
17. so do I/neither do I
18. intro adjective
Type | Examples | Notes |
1. neg intro | Never do I sleep. Only at night can I study. In no way could I help you with your Japanese grammar question. I believe that only rarely will I need your help. Not until I got home did I realize that my shoes were untied. | Question form is obligatory. Used with all verbs. This one is very common on the TOEFL and somewhat common on the GMAT and GRE. We need to learn the various types of words and phrases that require this type of inversion. Notice that sometimes the inversion occurs right after the neg intro form and sometimes it occurs in the next subject and verb. See Neg Intro for more info. |
2. intro adverbial | Into the room ran the lady. First comes love, then comes marriage. After A comes B, then comes C, next comes D. Down came the rain and washed the spider out. | Inversion is optional. Used with be-verbs, linking verbs, and verbs of direction. This one is less common on the TOEFL, but more common on the GMAT and GRE. Notice that sometimes we have an adverb, like first and down and sometimes we have an adverb phrase like into the room or after A. These adverbs and adverb phrases usually show location or direction. This type of inversion usually only occurs with be-verbs, linking verbs and verbs that show direction or movement, like come, go, run, etc. |
3. intro –ed | Found in San Francisco is Lombard Street, the so-called crookedest street in the world. Lost among the old tables and chairs was the priceless Victorian desk. Located between San Francisco and Marin County is the Golden Gate Bridge. | Inversion is obligatory. Used with be-verbs. This one is very common on the TOEFL, GMAT, and GRE. This type of inversion usually occurs with be-verbs, but sometimes with linking verbs. Notice that the phrase is the complement of the be-verb. |
4. comparatives | Cheetahs run faster than do antelopes. You speak Chinese better than do I. Jessica is more interested in Computer Science than is Benjamin. | Inversion is optional. Used with all verbs. This form of inversion is common on the TOEFL, GMAT, and GRE. We normally only have inversion here if we are comparing subjects of the verb, not objects. For example, in the following two sentences, we are comparing objects, carrots and potatoes, not the subject I.: J I like carrots more than I do potatoes. J L I like carrots more than do I like potatoes. L Now, in this sentence, we are comparing subjects, I and my friend Carl: J I like carrots more than does my friend Carl. J |
5. intro comparative | Bigger than an apatosaur is the blue whale. More important than your personal statement is your GPA. No less impressive than the invention of the laser was the development of the wheel. | Inversion is obligatory. Used with be-verbs. This form is more common on the GMAT and GRE than it is on the TOEFL. Notice that we can only use this form of inversion when the verb is a be-verb since in every case, the comparative is the complement of the be-verb. Remember that less than is also a comparative. |
6. as | Megumi is from Japan, as is Sato. So-eun wants to leave early today, as does Oi. If thrown into the water, camels can swim, as can cats. | Inversion is obligatory. Used with all verbs. We can only use inversion if we are using as for comparisons. as is one of the trickiest words in English; it can have many different meanings. |
7. so… that… | So happy was I that I bought flowers for everybody in class. So quickly did she leave that we did not even realize was gone. So rarely does a comet appear visible to the naked eye that when one does, it is considered a major event. | Question form is obligatory. Used with all verbs. This is not so common on the TOEFL, but is fairly common on the GMAT and GRE. The so… that… clause must before the verb in for this type of inversion. |
8. had, should, were for if-clauses | Had I remembered Tomomi's birthday, she wouldn’t be mad at me now. Note that the word if does NOT appear in the clause when inversion is used: Had I remembered = If I had remembered Should you need a hand, I will be more than happy to help you. Should you need a hand = If you should need a hand Were I you, I think I would study more for your exam tomorrow. Were I you = If I were you | Inversion is obligatory. Used with all verbs. This is somewhat common on the TOEFL and more common on the GMAT and GRE. This type of inversion is kind of special. Notice that we can only use this type of inversion when we are using an if-clause. In other words, if is omitted: even though the word if does not appear in the clause, we still have the meaning of an if-clause. For more information, see had, should, were. |
9. there is, there are, there exists, there comes, etc. | There is a good restaurant nearby. There comes a time in every person’s life when she realizes that she is responsible for her own happiness, not other people. Scientists hypothesize that there exists a certain type of particle that can travel faster than the speed of light. | Inversion is obligatory. Usually used only with these verbs. This form of inversion is common on the TOEFL, GMAT, and GRE, as well as in spoken and written English. Most people remember there is and there are. BUT we must also remember that there are other verbs that we can use instead of is and are. The most common ones are exist, come, and go. |
10. here is, here are, here comes, here come | Here is some good food for you to try. Here are the books that I don’t need anymore. Here comes the bus! | Inversion is obligatory. Usually used only with these verbs. You will probably not see this on the grammar section of the TOEFL or on the GMAT or GRE. It could, however, appear on the Listening Comprehension Section of the TOEFL. We use this form mostly in spoken English. |
11. intro -ing | Burning out of control was the forest located in the foothills of the Sierra Nevada mountains. Coming in last in the race was Joe "Elephant Legs" Blow. Not helping the situation was little Susie, who was throwing newspaper on the spreading fire. | Inversion is obligatory. Used only with be-verbs. This form is not common on the TOEFL, but might show up on the GMAT or GRE. Notice the intro –ing phrase is the complement of the be-verb. |
12. emphasis | Boy am I hungry. Is it ever hot in here! Do you know how to cook! | Inversion is optional. Used with all verbs. You will probably not see this on the grammar section of the TOEFL or on the GMAT or GRE. It could, however, appear on the Listening Comprehension Section of the TOEFL. We use this form mostly in spoken English. |
13. the bigger, the better | The closer an object is to another object, the greater is the gravity between the two objects. | Question form is optional. Used with all verbs. |
14. questions | Is this the last example? Do you enjoy reading these lists? Are we finished yet? | Inversion is obligatory. Used with all verbs. You will probably not see this on the grammar section of the TOEFL (TOEFL doesn't test questions anymore) or on the GMAT or GRE. It would, however, appear on the Listening Comprehension Section of the TOEFL. |
15. "story speech" | “I think it’s time to go,” said Susan. “It’s time for you, but not for me,” replied Gary. “Maybe we should collect our thoughts for a moment,” commented Lany.
| Inversion is optional. Used with verbs that report speech. You will probably not see this on the grammar section of the TOEFL or on the GMAT or GRE. |
16. nor | No one has volunteered for the job, nor do we expect anyone to volunteer in the future. Hok-ming cannot speak Portuguese, nor can José speak Cantonese. The zoo regulations will not permit you to touch the animals, nor would most people advise you to do so. | Inversion is obligatory. Used with all verbs. You might see this on the adaptive TOEFL if you are scoring high and it could appear on the GMAT or GRE. Remember that nor is considered a conjunction, but we use it between two sentences (not between any two elements like the other conjunctions). |
17. "so do I"/ "neither do I." | “So do I.” “So can Terry.” “Neither do most people I know.” | Inversion is obligatory. Used with all verbs. You will probably not see this on the grammar section of the TOEFL or on the GMAT or GRE. |
18. intro adjective | Beautiful beyond belief was my baby daughter. Happy about their acceptance into their dream schools were Lany and Tomo. Quick and painless will be your medical procedure. | Inversion is obligatory in most cases. Used with be-verbs. This one is fairly rare and probably would not appear on the TOEFL, but you might see it on the GMAT or GRE. Inversion is sometimes not used in poetic language. |
Head Nouns
A head noun is:
The word that is modified by an adjective clause.
Examples
Want to see an example? Look at this sentence:
* I like the car that you bought.
In this sentence, car is the head noun because the adjective clause modifies it.
Usually the head noun is the noun that comes right before the adjective clause, but not always.
Tricks
Look at these examples. The head nouns are underlined. Notice that the head noun is NOT the noun right before the adjective clause.
1. The people in Japan I met were very polite and friendly.
2. The CD in the purple jewel case that I was just listening to is not very good.
3. The TOEFL prep programs here in the USA that I visited seemed quite helpful.
By TestMagic.com
Determiners
We use determiners with nouns. The most common determiners are the, a, and an, but there are many more that are also important.
Here's a list of most of the determiners. You will notice that some of them are repeated; these are the determines most TestMagic students forget.
List
* the
* a
* an
* another
* no
* 's
* the
* a
* an
* no
* another
* 's
* some
* any
* my
* our
* their
* her
* his
* its
* another
* no
* 's
* 1, 2, 3, 4, 5, 6, etc.
* 1/2, 1/3, 1/4, etc.
* each
* every
* its
* another
* no
* 's
* this
* that
Complements
TestMagic uses the term noun complement more liberally than do some other grammar resources; doing so will make grammar explanations for tests much, much easier and faster.
Examples
All the highlighted words or phrases below are complements.
My sister is a doctor.
Tomomi is happy.
The book is on the table.
Carl is here.
We should try to remain calm.
The test proved to be more difficult than we had imagined.
I consider you a friend.
Megumi called her ex-boyfriend a philistine.
In all of these examples, the highlighted words are considered by TestMagic to be complements since they all serve to modify the nouns that are underlined.
Adverbs
quickly, happily, fast, ago, home, downtown, nearby, always, sometimes, never
Adverb rules
What you need to know about adverbs:
* An adverb is a word that modifies (or describes) a verb, an adjective, another adverb, or even a sentence.
* Adverbs are OPTIONAL in a sentence--in other words, they are not necessary in the sentence, so we can use none in our sentence, or we can use several adverbs.
* Many adverbs end in -ly, but many do not (e.g., tomorrow, together, today).
Adverb exceptions
Many nouns can actually functions as adverbs in certain situations. For example, if we look at this sentence:
I went downtown yesterday.
and we try to figure out what part of speech downtown is, we might say that it is a noun, but it is in fact an adverb.
More examples of adverbs functioning as nouns
Here are many nouns that can function as adverbs, depending on the sentence:
today, tomorrow, yesterday, Saturday, Friday, last year, next month, home, downtown
For example:
* See you tomorrow!
* See you Friday!
* I studied hard last year.
* I'm going home.
* I live downtown.
In these examples, all the highlighted words are adverbs.
Adjective
quick, happy, fast, timely, funny, friendly, pretty, red, blue, white, yellow, big, little
Rule
Back to top
an adjective is:
a word that modifies (or describes) a noun
adjectives are OPTIONAL in a sentence--in other words, they are not necessary in the sentence, so we can use none in our sentence, or we can use a million of them!!
Be careful!!
Back to top
Many adjectives look like adverbs because they end in -ly. For example, if we look at this sentence:
The friendly teacher helped me a lot.
and we try to figure out what part of speech friendly is, we might say that it is an adverb, because it ends in -ly. However, friendly is in fact an adjective.
-ly Adjectives
Here are some -ly adjectives that you might see on the TOEFL or other tests:
costly, neighborly, hourly, daily, weekly, monthly, yearly
Pronouns
she, he, it, they, we, some, many, half, others, etc.
SENTENCES WITH PRONOUNS
Trees are important to the environment because they produce oxygen.
they = trees
Tomomi offered me all of her soda, but I only drank half.
half = half of the soda
Some people like red, others like yellow.
others = other people
Some of the people that I met were very friendly.
some = people
Rules
pronouns = nouns
Pronouns replace other nouns.
Pronouns have to be singular or plural, just like the nouns they replace.
Conjuctions
Actually, I bet you know a lot of subordinating conjunctions already. Just look at these examples:
Examples of subordinating conjunctions
* that
* if
* although
* because
* while
* since
* after
* before
* when
* where
* how
* whether
* in that
You already know all or most of these words, right?
So, I think we can safely say that you already know the most important stuff about subordinating conjunctions, but just in case, here's the most important rule:
subordinating conjunction + sentence
If you can remember this question, you'll be able to answer 85% of the TOEFL questions you'll see on the grammar section no sweat.
Yeah, we know that the name is kind of hard to remember. A lot of other books or teachers use different words because they think that their students won't remember the term subordinating conjunction, but, to tell you the truth, the term is actually very descriptive and helpful.
First, you need to understand that a subordinating conjunction is a conjunction. In other words, we use it to joing two things that are the same. In the case of subordinating conjunctions, we are joining two sentences.
Trust me, many TOEFL grammar questions are related to whether or not we have a conjunction between two sentences.
Let's look at some examples, maybe that will help us understand better.
Look at this sentence:
I was late to class.
Now look at this sentence:
The bus was late.
Now, grammatically, we have two sentences. If we have two sentences, we need something between them to 'connect' them; this is a basic English rule.
In this case, we can use the subordinating conjunction because. We would end up with this sentence:
I was late to class because the bus was late.
Kamis, 07 Mei 2009
liburan sekolah
Liburan sekolah
“ Libur sekolah kali ini ada cerita seru yang akan aku ceritakan pada kamu, pasti kamu akan merasakan hal yang sama dengan yang aku rasakan, jika kamu mendengar ceritaku nanti” ujar Dewi dengan penuh semangat di hadapan semua teman-temannya di kelas lima pagi itu. belum selesai Dewi berbicara, bel tanda jam pelajaran di mulai berbunyi. Mau tak mau Dewi terpaksa menghentikan ucapannya dan segera duduk di teras bersama murid-murid lainnya untuk mengikuti tadarus bersama di sekolah mereka yang memang setiap pagi dilakukan.
Hari ini adalah hari pertama Dewi masuk sekolah, setelah dua minggu menikmati liburan kenaikan kelas, Semua murid kelas lima Abu bakar siddiq itu di minta Bu Ria untuk menceritakan liburan mereka. Dewi tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia adalah orang yang pertama yang mengacungkan tangannya ketika pertama kali Bu Ria meminta murid-muridnya untuk bercerita di depan kelas.
“Baiklah, Dewi silahkan bercerita tentang liburanmu kali ini” ujar Bu Ria.
Dengan bersemangat Dewi segera maju kedepan kelas, dan mulai bercerita tentang liburannya yang sangat menyenangkan.
“Teman-teman semua, aku akan bercerita tentang liburanku. Di hari pertama liburan, papiku mengijinkan aku untuk browsing di warnet, aku sangat senang, di internet aku bisa tahu banyak hal, mulai dari pengetahuan umum, membuat email sampai dengan membuat blog, waktu itu aku pernah melihat ibu membuat blog untuk ibu sendiri, setelah itu aku jadi ingin mempunyai blog seperti ibuku. Sebelumnya aku juga sudah dibuatkan oleh ibuku sebuah email atas namaku sendiri, kerenkan, nah setelah itu aku baru membuat blog atas namaku sendiri, ternyata membuat blog itu sangat mengasyikkan, disana aku bisa menulis apa saja yang aku inginkan . aku juga menulis cerpen, dan aku juga memasukkan beberapa cerpen yang di tulis ibuku. Karena asyiknya membuat blog ini, maka tak terasa sudah maghrib. Papiku sedikit kecewa karena aku browsingnya terlalu lama, akhirnya papi memutuskan untuk memakai sebuah provider internet untuk komputer rumah kami.
Inilah yang sangat mengasyikkan buatku, setelah jaringan internet dirumahku sudah aktif, aku di ijinkan papi untuk menggunakan internet kapan saja aku mau. Dan di sepanjang liburan ini, aku browsing di internet setiap hari. Dan yang lebih menyenangkannya lagi, blogku sudah dibaca oleh beberapa orang, dan mereka memberikan komentar atas tulisan-ku, bahkan diantara mereka ingin menjadi sahabatku, kami sudah berkenalan meskipun hanya lewat email. Nah demikianlah cerita seru nya liburanku. Terima kasih.....” Dewi tersenyum puas setelah berhasil menceritakan liburanya yang paling seru.
Plok....plok....plok.... seisi kelas bertepik untuk dewi. Teman-teman dewi tidak menyangka ternyata cerita dewi sangat berbeda dengan liburan yang mereka rasakan, meskipun menurut mereka liburan mereka juga seru.
Senin, 30 Maret 2009
Sabtu, 07 Februari 2009
Tamuku
“Kamu disini saja dulu, diam ya jangan teriak-teriak, Ibu akan menemui tamu itu” pesan Ibu sambil mengunci pintu kamar dari luar. Klik.
Apa salah ku sampai-sampai untuk bertemu dengan orang saja aku dilarang. Aku sebenarnya kasihan juga melihat Ibu yang setiap hari tak lelah menjaga dan merawatku. Dikala aku ingin kekamar kecil, ibu selalu mengingatkanku agar segera melaksanakan niatku itu, karena jika terlambat sedikit saja, maka seluruh pakaianku akan basah dan kotor.
Ibu yang sudah sangat tua, entah sampai kapan beliau akan sanggup menjaga dan merawatku. Saudara-saudaraku memang baik padaku, mereka memberikan segala kebutuhanku, tapi kenapa aku harus dibawa ke tempat ini. Semuanya memang terlihat sangat indah, di dalam rumah dengan perabotan yang mewah ini. Tapi aku tidak diijinkan menyentuh perabotan ini. Berbeda dengan rumah kami yang dulu, disana aku bebas melakukan apapun yang aku mau. Kalau disini, untuk duduk di ruang keluarga, aku selalu diawasi Ibu, memegang benda apa pun di rumah ini, maka aku akan segera di bawa kembali ke kamar.
“Seli, mana Bu kok tidak kelihatan” terdengar tamu itu menyebut-nyebut namaku.
“Ada dikamarnya” jawab Ibu. Memang aku sedang berusaha mendengarkan perbincangan Ibu dengan tamu itu, karena mereka duduk di ruang keluarga yang letaknya di depan kamarku.
Aku berusaha menarik perhatian mereka, dengan cara memutar gagang pintu berulang kali, mudah-mudahan saja Ibu dan tamu itu memperhatikan tingkahku dan mereka akan mengijinkan aku bergabung bersama mereka. Tapi usahaku tidak membuahkan hasil karena Ibu dan tamunya tidak menggubris aksi ku.
Hhhh, kenapa sih Ibu jadi ikut-ikutan membelengguku seperti saudaraku yang lain. Selang beberapa jam ku dengar langkah kaki menuju kamarku. Itu pasti Ibu. Karena hanya beliau yang mau masuk ke kamar ini. Aku tak tahu kenapa sampai-sampai keempat saudaraku yang lain enggan untuk sekedar menjenguk ku di kamar ini.
“Seli kan ada tamu , gagang pintu tidak usah diputar terus, Seli, duduk saja dulu ya, nanti Ibu kesini lagi, Ibu mau berbicara dengan tamu itu dulu, itu namanya mbak Rina, dulu dia pernah main bersama Seli” lembut nada Ibu.
“Hhh’ hh’ “ entah kenapa, setiap kali aku ingin mengemukakan alasanku selalu saja lidah ini tidak bisa mengeluarkan kata dengan benar.
“Ibu mengerti kalau Seli juga mau keluar dan ingin bertemu dengan tamu itu, tapi nanti saja ya” suara tua Ibu menenangkanku.
“Nah sekarang Ibu mau menemui tamu itu lagi, Seli duduk yang manis ya” Ibu mulai beranjak meninggalkanku, aku tidak mau tinggal diam dikamar ini, aku berusaha mengejar ibu. Tapi keinginanku tetap tidak akan pernah terwujud. Karena dengan sigap Ibu menutup dan mengunci kamar ku dari luar.
“Bu, kenapa Seli tidak dibiarkan duduk bersama kita disini” terdengar suar sang tamu menanyakanku lagi.
“Sebenarnya Ibu ingin sekali membiarkannya untuk bermain sebagaimana layaknya kita dan keluarga ini di dalam rumah. Tapi sekarang Seli semakin sulit untuk dikendalikan., setiap dia melihat minuman yang kita suguhkan untuk tamu, dia akan segera meminumnya. Seli tak peduli bahwa minuman itu bukan untuknya. Dia akan menghabiskan semua minuman yang berada didekatnya. Makanya Ibu tidak membawa Seli keluar” jelas Ibu.
“Bu, tidak masalah kok, kalau Seli menghabiskan minuman saya, toh saya sudah mengerti dengan keadaannya. Kasihan Seli Bu, jangan siksa dia seperti itu” aha, si tamu ternyata memihakku.
“Baiklah nanti Ibu akan bawa Seli kesini” Ibu terdengar mengalah. Aku senang
sekali mendengar janji Ibu itu. Terima kasih ya tamu ku yang baik. Walau aku belum mengenalmu setidaknya kamu sudah berhasil merubah pemikiran Ibu ku.
Aku bersiap-siap di depan pintu. Aku ingin segera melihat rupa tamu ku yang sangat mempehatikan ku itu. Tapi… kenapa Ibu belum muncul juga. Sepertinya aku sudah menunggu sangat lama. Atau mungkin Ibu kembali kepada pemikirannya. Aku harus mendengarkan pembicaraan mereka kembali.
“Seli itu sekarang sudah dua puluh lima tahun loh, Nak Rina. kalau saja keadaannya sehat seperti saudaranya yang lain, barangkali Ibu sudah mempunyai satu atau dua orang cucu dari dia. Sekarang umur Ibu sudah tujuh puluh dua tahun, Ibu sudah sakit-sakitan, apalagi sekarang ini, semua badan Ibu terasa kesemutan, Ibu jadi bingung, penyakit apa yang sedang bersarang di badan Ibu” nada Ibu terdengar sedih.
“Ibu, yang sabar ya, Insyaallah, semuanya akan dibalas dengan yang lebih baik lagi oleh Allah. Apakah Ibu sudah kedokter untuk mengobati rasa kesemutan dibadan Ibu”
“Sudah, kata dokter hanya asam urat saja yang sedikit tinggi”
“Kalau begitu mungkin Ibu perlu jalan-jalan pagi diluar, agar Ibu mendapatkan cahaya matahari pagi serta udara pagi yang masih sejuk dan bersih.Ibu juga bisa mengajak Seli untuk ikut dengan Ibu”
“Rina, Rina, bagaimana Ibu akan mengajak Seli, kamu lihat sendiri, keadaan rumah ini, kami tinggal dilantai empat yang untuk turun kebawah saja , kami harus menggunakan lift atau tangga. Seli itu takut sekali di ajak masuk kedalam lift, kalau Ibu membawa Seli kebawah dengan menggunakan tangga, kamu bayangkan sendiri apa yang akan terjadi dengan Ibu, dengan besar tubuh Seli yang melebihi besar badan Ibu. Bisa-bisa kami berdua akan jatuh berguling dari lantai empat sampai lantai satu.”
“Bu, kenapa Bang Erwin membawa Ibu pindah ke Apartemen ini sih” sang tamu mengalihkan pertanyaannya setelah mendengarkan penjelasan Ibu tadi. Berarti pikiran tamuku sama dengan pikiranku.
“Mungkin maksudnya agar lebih dekat dengan dia dan ketiga anak ibu yang lain. Mereka semua tinggal di apartemen ini. Erwin juga tidak ingin melihat Ibu dirumah yang dulu sendirian dalam mengasuh dan merawat Seli. Kalau disini, banyak yang akan memperhatikan kami, begitu alasannya.”
“Tapi, apakah itu tidak berlebihan Bu, mereka semua tetap tidak bisa memperhatikan Ibu juga kan, sebelumnya maafkan saya loh Bu. Karena keempat anak Ibu semuanya bekerja. Sementara kalau di rumah mungkin hanya malam saja. Bagaimana mungkin mereka akan memperhatikan Ibu dengan sempurna”
“Itu lah sebenarnya yang membuat Ibu bersedih. Dulu sewaktu tinggal di perumahan, Ibu bisa mengajak Seli untuk jalan-jalan meskipun dengan keadaan yang demikian, tapi sekarang, untuk keluar sendiri pun Ibu tidak berani, karena takut nyasar di gedung yang tinggi ini.”
Oh, Ibu ternyata pemikiran Ibu sama denga pemikiranku. Aku telah salah sangka denga sikap Ibu ku yang sangat memperhatikan aku. Ternyata kami berdua memang tidak nyaman tinggal di tempat ini.
“Bagaimana jika mengajak mbak Sri untuk membantu memegang Seli turun kebawah Bu” saran tamuku.
“Ibu pernah memintanya, tapi sepertinya dia enggan untuk melakukannya, mungkin karena tugasnya di rumah ini sudah cukup banyak.”
“Mungkin, Bang Erwin bisa mengambil baby sitter untuk membantu menjaga Seli dan Ibu. Tapi baby sitter itu hanya bersifat membantu, semuanya di bawah perintah Ibu”
“Ibu belum berpikiran kesitu, tapi Ibu tidak ingin meminta lebih kepada Erwin,Nak Rina”
“Bu di coba dulu, ini semua untuk kesehatan Ibu dan Seli. Ibu tidak igin sakit-sakitan seperti ini terus kan. Apa sebaiknya saya saja yang berbicara dengan Bang Erwin.”
“Nggak, gak usah, nanti Ibu akan coba membicarakannya dengan Erwin”
“Ya sudah kalau begitu saya pamit pulang dulu ya Bu, lain kali saya akan mampir lagi Insyaallah. Mungkin saya akan coba tanyakan kepada beberapa orang dokter apakah penyakit Rett sindrom seperti yang diderita Seli bisa disembuhkan atau setidaknya bisa diminimalkan ketergantungannya dengan Ibu, saya kasihan melihat Ibu dan Seli. Tapi Ibu tetap sabar dan terus berdoa ya, semoga Allah bisa memberikan yang terbaik untuk Seli dan Ibu.”
Oh tamuku engkau begitu memperhatikan aku dan Ibuku, terima kasih ya, hah ada suara langkah menuju kamar ku, pasti Ibu datang lagi.
“Seli, ini mbak Rina, tamu yang tadi bersama Ibu, ayo salaman sama Mbak Rina”
Ya Tuhan ternyata tamuku ini adalah seorang yang sangat cantik, dengan tutup kepala yang lebar berwarna putih bersih, dan senyum yang sangat menenangkan semua orang. Sekarang dia berada tepat didepanku!.
“Seli…., Seli lupa ya, sama Mbak, kita kan pernah bertemu dulu, sewaktu Seli masih lima belas tahun, kita bermain di taman depan rumah, Seli tidak mau melepaskan pegangan Seli dari tangan Mbak, Seli masih ingat tidak”
“Hhh’ hhh’” ah entahlah mbak aku memang bahagia sekali jika diingatkan dengan taman itu. aku tidak begitu ingat apakah aku pernah bersamamu disana, yang jelas jika berada di taman itu, aku merasa sangaaat bahagia. Yang aku ingat hanyalah betapa indahnya berada di taman rumah ku. Hanya itu.
Ibu setiap pagi membawaku kesana berdua kami memegang tanaman yang ada . jika diijijnkan itu aku ingin berada disana lagi sekarang ini Mbak.
“Seli, Mbak pamit dulu ya, Insyaallah lai kali Mbak akan menemui Seli lagi” tamu ku memegangi tanganku. Oooh tangannya yang halus membuat aku tidak ingin melepaskannya. Ya…ya… aku ingat sekarang tangan sehalus ini yang dulu tidak ingin aku lepaskan, hanya ini satu-satunya tangan yang mau memegang tanganku dengan sangat lembut seperti sekarang ini. Aku tidak ingin melepaskannya.
“Seli, ayo lepaskan tangan Mbak Rina, Mbak Rina mau pulang” Ibu berusaha melepaskan pegangan ku.
“Benar kan Nak Rina Seli bersikap aneh seperti ini, makanya Ibu tidak pernah mengijinkan dia keluar dari kamarnya”
Tamuku menangis, air mata merebak dimatanya. Kenapa dia menangis, apakah dia tidak suka jika aku ingin tetap memegang tangan nya. Baiklah tamuku sayang aku akan melepaskan tanganmu, sekarang aku tidak ingin melihat engkau sakit dengan perbuatanku.
“Tidak apa-apa sayang, Seli boleh memegang tangan Mbak sampai kapanpun Seli mau” tamuku tersenyum tulus kepadaku sambil menyerahkan tangannya kembali ketanganku, yang tadi sempat aku lepaskan.
Dengan ragu aku kembali mengenggam tangan halus itu, hmmm terasa damai jiwa ini saat tangan halus itu berada dalam genggamanku.
Perlahan tamuku membawa aku duduk diatas tempat tidur, kepalaku direbahkan kedalam pelukannya. Sambil membelai belai rambutku tamuku menyanyikan sebuah lagu yang membuatku terbuai.
“Allahummarhamna bil Qur’an waj’alhu lana imamawa wannuuraw wahudaw warahmah, Allahumma dzakkirna minhuma nasiina wa ‘allimna minhuma jahiltu warzuqna tilawatahu aana alaili ana annahar waj’alhulana hujjatan yaa…. Rabbal alamiiin”
Aku benar-benar terbuai dengan senandung itu, hingga akhirnya aku tidak tahu apa-apa lagi aku tertidur pulas dialam mimpi bersama tamuku kami bermain ditaman yang sangat indah. Indah sekali, belum pernah ku lihat taman seindah ini sebelumnya.
Di Pecat
“Assalamualaikum Pak Irwan, apa kabar?” sapa Widi kepada pasiennya saat jam pergantian dinas malam.
“Waalaikum salam, baik suster Widi, oh ya, nanti malam masih ada suntikan amoxilin kan suster” Pak Ali balik bertanya.
“Iya Pak, masih ada satu kali lagi, untuk jam dua belas malam, karena sesuai dengan jadwal pemberian tadi siang dan kemarin, maaf loh mengganggu tidur Bapak lagi dengan suntikan Amoxilin itu” jelas Widi.
“Oh tidak apa-apa suster Widi, nanti suster sendiri kan yang akan memberikan suntikan itu?”
“Insyaallah, iya Pak, kalau begitu Bapak istirahat dulu ya, malam ini saya dan suster Farah yang jaga, kalau Bapak butuh bantuan, silahkan Bapak memanggil kami. Permisi dulu ya Pak, Assalamualaikum” Widi dan Farah keluar dari kamar Pak Irwan
“Waalaikum salam Suster, selamat bertugas” jawab Pak Irwan sambil tersenyum.
Perlahan Widi menutup pintu kamar 518 itu. Malam ini Widi bertugas menjaga delapan orang pasien VIP tempat dia bertugas selama ini. Pak Irwan adalah salah satu pasien yang sangat kritis tentang obat-obat yang diberikan kepadanya.
“Wid, kamu jaga Ibu Ningrum saja ya, biar nanti aku yang memberikan suntikan malam, tidak banyak kan suntikan yang akan diberikan malam ini?” Farah berbagi tugas dengan Widi. Karena malam ini Farah bertugas sebagai penanggung jawab ruangan Flamboyan itu.
“Baik mbak, suntikan malam hanya untuk Pak Irwan saja kok, sementara pasien lain rencananya ada yang pulang besok dan lusa.
“Kalau begitu kamu segera saja ke kamar Ibu Ningrum kamu pantau terus keadaannya ya. Aku akan menelpon dokter Ridwan dulu, mudah-mudahan saja beliau belum pulang.”
Widi segera menuju kamar Ibu Ninggrum. Ibu yang berumur enam puluh tahun ini menderita penyakit kanker otak stadium 4. Menurut dokter Ridwan yang merawatnya tidak ada kemungkinan untuk sembuh, apalagi beberapa hari belakangan ini kondisi ibu Ningrum semakin memburuk.
Padahal dua tahun yang lalu, tumor yang bersarang diotak Ibu Ningrum pernah diangkat, oleh dokter Ridwan, tapi sel ganas itu ternyata sudah menyebar diseluruh jaringan otak ibu Ningrum yang membuat Ibu satu anak itu menjadi kehilangan kesadaran.
Widi masuk ke kamar Ibu Ninggrum. Dengan Bismillah, Widi mulai memeriksa tekanan darah Ibu Ningrum dengan menggunakan tensi meter. Di dada Ibu Ninggrum sudah terpasang elektroda EKG.
Pak Rudi, anak Ibu Ningrum berpesan, ibunya tidak usah dirawat diruang ICU setelah mendengar penjelasan dari Dr Ridwan beberapa hari yang lalu. Jadilah kamar 507 ini di sulap seolah-olah mendekati fasilitas ICU, agar Ibu Ningrum dapat dipantau secara maksimal meskipun bukan diruangan ICU.
Selesai mengukur semua vital sign Ibu Ningrum dan mencatatnya dibuku catatan perawatan Ibu Ningrum, Widi memiringkan tubuh yang kurus itu kesisi kanan. Dan merapikan kembali selimut yang menyelimuti tubuh ringkih itu.
“Suster tolong jaga ibu saya ya, kalau suster sempat, tolong bacakan surah Yasin untuknya, karena saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan saya, nanti sepulang dari kantor, saya akan kesini lagi” begitu pesan Pak Rudi tadi pagi sebelum berangkat kekantornya.
“Maaf saya pagi ini harus kembali pulang Pak, karena jam tugas saya sudah berakhir, disamping itu saya akan kembali jaga nanti malam, Insyaallah nanti akan saya sampaikan kepada rekan saya yang jaga pagi ini” Widi terngiang percakapannya dengan Pak Rudi tadi pagi.
Ibu Ningrum terlihat gelisah. Widi melirik ke nakas, tafsir Alqur’an ada diatasnya. Widi meraih tafsir itu dan mulai membacakan surah Yasin. Widi mendekatkan wajahnya ke telinga Ibu Ningrum. Dengan tartil Widi melantunkan ayat suci itu di telinga kanan Ibu Ningrum. Perlahan seiring dengan bacaan Widi, Ibu Ningrum terlihat mulai tenang.
Selesai membaca surah Yasin, Widi kembali mengukur tekanan darah ibu Ningrum, tak lama berselang dokter Ridwan datang .
“Berapa tekanan darah Ibu Ningrum suster”
“80/60 dokter, sepertinya sudah semakin menurun , jam sepuluh tadi masih 90/60, apa perlu kita berikan Dopamin?”
“Baik kalau begitu, berikan dopamin melalui syiring pump”
Tanpa menunggu waktu lagi Widi segera ke ruang peralatan dimana syiring pump di simpan, bergegas Widi kembali kekamar Ibu Ningrum dengan Dopamin yang baru diambilnya dari laci obat, segera dioplosnya dengan cairan infuse yang digunakan Ibu Ningrum. Dokter Ridwan memberikan instruksi berapa mg/kg berat badan yang harus diberikan untuk ibu itu.
Setelah memasangkannya dengan menggunakan triway melalui selang infus ditangan kiri Ibu Ningrum, Widi segera mengatur syiring pump sesuai instruksi Dokter Ridwan tadi.
Ketegangan terlihat jelas diwajahnya. Widi kembali mengukur tekanan darah Ibu Ningrum. “Masih sama” gumamnya lirih. Meskipun hal ini untuk yang kesekian kali dialaminya, tak urung tetap membuat hati Widi remuk
“Halo, Pak Rudi, saya suster Farah, dari RS Mitra Anda, Apakah Bapak bisa segera kesini Pak, kondisi Ibu anda semakin memburuk Pak” Farah yang sedari tadi menghubungi Pak Rudi akhirnya berhasil berbicara dengan anak Ibu Ningrum.
“Baik, suster saya sedang dalam perjalanan kesana, terima kasih” telpon dimatikan.
Pak Rudi muncul dari balik pintu. Setelah mendengarkan penjelasan dokter Ridwan, Pak Rudi menghampiri ibunya dan mulai membacakan kalimat syahadat ketelinga sang Ibu.
Keadaan Ibu Ningrum semakin memburuk. Dua jam setelah dopamine diberikan ,tak membawa reaksi apapun terhadap tekanan darahnya, tekanan darah Ibu Ningrum terus turun, dan turun. Sampai tiba-tiba, flat panjang menghiasi monitior EKG. Innalillahi wa Inna ilaihi raji’uun. Ibu Ningrum meninggalkan anak dan seluruh hartanya diiringi kalimat syahadat yang dibacakan oleh putranya.
Dokter Ridwan yang hendak melakukan RJP, mengurungkan niatnya karena dilarang oleh Pak Rudi.
“Biarkan Ibu beristirahat dengan tenang dokter, saya sudah mengikhlaskan kepergian beliau, karena Allah memberikan yang terbaik untuk beliau, dengan kembali kepada Nya.”
*****
“Widi, rasanya sudah tidak ada yang kurang kan, coba kamu ingat-ingat kira-kira apa pekerjaan yang belum kita kerjakan, masalahnya pagi ini suster Keni‘si pencatat dosa’ sudah datang” Farah sibuk merapikan kembali laporan tugas mereka malam tadi.
“Saya rasa sudah semua Mbak.”
Farah mulai membacakan laporan tugas mereka malam tadi kepada rekan sejawatnya yang bertugas pagi ini. Sementara itu Widi merapikan beberapa kamar pasien yang belum sempat dirapikannya tadi.
Suster Marni koordinator ruangan itu menemani Suster Keni untuk mengunjungi pasien- pasien kekamar mereka. Suster Keni sudah datang sejak jam tujuh tadi pagi.
“Akhirnya selesai juga tugas kitaWid, ayo kita pulang” ujar Farah setelah semua tugas sudah dilaporkan.
“Suster-suster, tunggu sebentar” panggil Suster Marni ketika mereka berdua melangkah meninggalkan Nurse station itu.
Widi dan Farah saling berpandangan, kedua perawat yang terlihat sangat lelah itu saling mengangkat bahu mereka, dengan setengah bingung mereka berdua segera menghampiri Suster Marni.
“Kalian berdua ditunggu diruangan dokter Feni, sekarang.”
“Ada masalah apa Bu, kenapa kami harus keruangan Dokter Feni” Tanya Farah bingung, karena kalau keruangan Dokter Feni, berarti ada kesalahan besar yang sudah mereka lakukan, apakah ada hubungannya dengan kematian Ibu Ningrum semalam. Tapi mereka sudah melakukan tugas sesuai prosedur RS ini, disamping itu dokter Ridwan pun berada disana saat Ibu Ningrum menghembuskan nafas terakhirnya.
“Aduh, Ibu tidak habis fikir, kenapa suster Keni yang langsung menemukan masalah kalian, kenapa bukan Ibu” Sesal suster Marni.
“Ayo, kalian sudah ditunggu di ruangan dokter Feni” Suster Marni melangkah menuju ruangan Dokter Feni diiringi oleh Widi dan Farah yang berjalan dengan jantung berdebar.
Widi mulai membaca zikir dalam hati, karena hanya itu yang membuat dia merasa tenang.
“Selamat pagi Dok” Farah dan Widi menyapa dokter Feni.
“Hmm, pagi, silahkan duduk” jawab Dokter Feni dingin.
“Semalam siapa yang bertugas memberikan obat kepada pasien” Dokter Feni dengan wajah masamnya mulai melancarkan pertanyaan.
“Saya Dokter” jawab Widi.
“Obat apa yang sudah kamu berikan kepada Pak Irwan”
Pak Irwan? Widi mengernyitkan alisnya, Farah yang mengambil alih tugasnya itu, karena semalaman Widi memantau Ibu Ningrum yang akhirnya meninggal.
“Ayo jawab!” bentak dokter Feni.
“Subhanallah!” Widi terlonjak kaget
“Semalam saya tidak memberikan obat apapun kepada pak Irwan dokter, karena saya bersama dokter Ridwan memperhatikan Ibu Ningrum”
“Kamu jangan berkilah, karena Pak Irwan mengatakan obat yang biasa diberikan kepadanya tidak sama dengan yang dia dapatkan tadi malam.”
“Maaf dokter, saya yang seharusnya memberikan Amoxilin kepada pak Irwan, tapi karena semalam keadaan ibu Ningrum yang memburuk, saya lupa memberikan obat itu. jadi tidak ada seorang pun yang menyuntikkan obat kepada Pak Irwan” jelas Farah.
“Benar, dokter Feni, mereka berdua bersama saya memantau kondisi ibu Ningrum yang terus memburuk.” Dokter Ridwan memberikan pembelaan.
“Saya tidak percaya, karena pasien sendiri yang mengatakan hal itu kepada suster Keni, dan karena kesalahan yang kalian lakukan maka segera buat surat pengunduran diri kalian, mulai saat ini kalian berdua DI PECAT!.”
“Tapi dokter, ijinkan kami menanyakan hal itu kepada Pak Irwan dulu” Widi dan Farah berusaha membela diri.
“Tidak perlu, kalian berdua silahkan meninggalkan ruangan saya.”
Dengan langkah lunglai kedua perawat yang baru saja kehilangan pekerjaan mereka, segera meninggalkan tempat itu.
*****
“Suster Marni beberapa hari ini saya tidak melihat suter Widi dan suster Farah” Pak Irwan muncul didepan nurse station ketika pamit hendak pulang.
“Iya Pak, mereka sudah tidak bekerja disini lagi”
“Tidak bekerja disini, padahal saya mau menanyakan kenapa suster Widi tidak menyuntikan obat saya sewaktu dia jaga malam kemarin. Sampai sampai saya ketiduran dan bermimpi suster Widi salah menyuntikan obat.”
Bekasi 28 desember 2005