Setelah tiga tahun merantau akhirnya Ia bisa berafas lega, Ia berhasil meraih cita-citanya menjadi seorang pegawai di sebuah instansi pemerintahan. Kini Ia bisa membantu keuangan keluarganya dan menyekolahkan adik-adiknya. Hanya satu yang belum, istri! Sebulan yang lalu, Amak mulai memberikan lampu hijau agar ia segera mencari belahan jiwanya itu.
Amak berharap Ia bisa menemukan jodohnya tahun ini. Ia tidak mau mengecewakan ibunya. Temannya merekomendasikan seorang gadis untuknya. Berbekal foto si gadis itulah ia mudik kekampung halamannya, lebaran tahun ini.
“Apa ndak ada yang lain Ben,” sebuah pertanyaan Amak yang membuatnya bingung.
“Kenapa Mak?”
“Amak berharap, istri Ang sekampung dengan kita, urang awak, jadi Amak takkan merasa kau tinggalkan. Kalau Ang menikah dengan orang seberang, Amak khawatir Ang akan melupakan Amakmu ini. Setidaknya, kalau Ang menikah dengan urang awak, pasti istrimu itu juga ingin pulang kampung, dengan demikian, Ang pun ikut pulang kampung mengunjungi Amak” jelas Amak dengan air mata yang menganak sungai di pipi tuanya.
Jangan sampai Amak menangis, karena hal itulah yang paling ditakutinya, ia tak mau jadi anak durhaka, ia menyerah. “Baiklah Mak, aku mengerti maksud Amak.”
“Besok Ang temui Mak Etek Man, Amak sudah bicara dengannya,” titah Amak tak terbantahkan. Besok hari lebaran, aku akan ke rumah beliau sekalian silaturrahmi, batinnya.
Selesai shalat ‘ied Ia berkunjung kerumah mamaknya itu. Beliau adik kandung Amak. Ternyata Mak Etek sudah merencanakan sesuatu. Setelah makan, beliau mengajak keponakannya itu berkunjung kerumah Pak Sutan.
Pak Sutan mempunyai seorang anak gadis. Setelah berbasa-basi sedikit Mak Etek melontarkan keinginannya kepada Pak Sutan. Pak Sutan menyerahkan keputusan kepada anaknya. Setelah ditanya langsung kepada Nita anaknya, ternyata Nita menolak, sudah punya pacar, demikan alasannya.
Tak putus asa, Mak Etek mengajaknya kerumah teman beliau yang lain yang juga mempunyai anak gadis. Sudah lima rumah yang didatanginya hari itu, jawaban yang diberikan para gadis itu tetap sama, sudah punya pacar. Ia hampir putus asa.
“Besok kita datangi lagi rumah kawan Mak Etek yang lain, tenang saja, masih banyak gadis di kampung kita, pasti salah satunya adalah jodohmu,” hibur Mak Etek.
Sesuai perjanjian dengan Mak Etek kemarin, hari ini Ia mulai berburu jodohnya lagi. Semalam ia sudah berdoa dan melaksanakan salat istikharah, Ia memohon kepada Rabbnya, agar di beri kemudahan dalam perburuannya hari ini.
“Silahkan di minum Pak,” suara lembut gadis berkerudung. Gadis ini adalah anak teman Mak Etek yang dikunjunginya pagi ini. Gadis ini berbeda, setelah tersenyum sambil menunduk dia berlalu meninggalkan mereka. Bapak si gadis juga sangat ramah, mereka saling bertukar cerita. Entah mengapa ada rasa nyaman berada dirumah ini, aku harus mendapatkan gadis ini, tekadnya dalam hati.
3 tahun kemudian (2 oktober 1998, jum’at jam 9.30 WIB)
“Saya terima nikah dan kawinnya Naila Syafitri binti Yusri dengan mahar sepuluh gram emas di bayar tunai.”
Allah mengabulkan doanya untuk menjadi suami gadis berkerudung itu. Meskipun untuk itu ia harus menunggu selama 3 tahun, karena si gadis harus menyelesaikan sekolahnya. Terima kasih Rabb, bimbinglah hamba untuk menjadi pemimpin rumah tangga yang Engkau ridhoi, amin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung ya sahabat... ^_^