Memutus tali silaturrahmi hukumnya adalah dosa besar, aku sangat hafal dengan kalimat itu. Tapi jika saat ini jika anda sedang di hadapkan pada suatu situasi, dimana ada seseorang yang anda kenal, meskipun tidak begitu dekat, memutus tali silahturrahminya dengan anda. Sebagai orang yang di putus tali silahturrahminya apa yang harus anda lakukan. Hal inilah yang sedang saya alami, seseorang yang cukup saya kenal telah memutuskan tali silahturrahminya dengan saya. Alasannya adalah suatu ketika dia datang kepada saya dan mengatakan bahwa dia telah di gosipkan sedang dekat dengan suami saya, ketika mendengar itu saya hanya tertawa dan memaklumi gosip itu, karena saya tau persis bagaimana suami saya. Dan saya juga memaafkan orang yang menyebarkan fitnah itu.Ternyata apa yang saya anggap sudah saya selesai, malah membuat orang itu memutuskan tali silahturrahminya dengan saya. Karena sejak saat itu jika kita bertemu dia selalu menghindar dan ketika bertemu sayapun tidak mau membalas senyum saya.Saya sudah mencoba untuk tetap berlaku seperti biasanya. Namun sang pemutus tidak peduli dengan sikap saya yang seperti biasanya itu. Dia tetap dengan kekerasan hatinya mengupayakan segala cara agar saya berhenti berkomunikasi dengannya. Padahal jarak kami dekat, hanya beberapa langkah, hal itu tidak mengurangi niatnya untuk memutus tali silahturrahmi tersebut. Saya setiap detik setiap waktu tetap berusaha mempertahankan silahturrahmi itu, namun sepertinya memang tidak ada jalan bagi saya untuk menjalin kembali silaturrahmi itu, karena setiap saya berusaha setiap kali itu juga sang pemutus itu menghindari usaha saya. Sebagai manusia yang lemah dan tak berdaya akhirnya saya menyerah dengan keadaan pemutusan tali silaturrahmi tersebut, yang sampai sekarang tidak saya ketahui alasannya.Pertanyaan saya, apa ganjaran untuk saya yang pasrah dengan pemutusan ini, saya hanya ingin sang khalik menenangkan jiwa saya yang memang tak berdaya ini. Bagi sebagian kerabat dan sahabat menyarankan agar saya tidak usah memikirkan hal itu dan anggap saja angin lalu, seolah kita tidak punya masalah, toh hilang satu tumbuh seribu. Demikian saran mereka. Namun saya masih terngiang-ngiang dalam pikiran saya tentang sebuah kalimat yang di samapaikan oleh bpk mario teguh dalam sebuah acaranya di salah satu stasiun TV.yang bunyinya kurang lebih begini 'dengarkan apa yang di sampaikan oleh hati kecil anda. Jika suatu hal bertentangan dengan hati kecil anda, hal itulah yang benar'saya tidak bisa melupakan kalimat itu, dan kalimat pertama saya diatas tadi. Yaitu orang yang memutus tali silahturrahmi akan menerima ganjarannya yaitu dosa. hati kecil saya berkata bahwa jika saya pasrah, berarti saya sudah ikut mengiyakan pemutusan tali silaturrahmi. Lalu apa yang harus saya lakukan, sementara sang pemutus itu benar-benar tidak peduli dengan saya.....ya Allah help me please....
Kamis, 10 Juni 2010
Penderita gangguan jiwa vs orang sehat/normal
Kita sering melihat, atau memperhatikan seseorang yang menderita gangguan jiwa, yang lebih sering kita sebut dengan orang gila. Namun sadarkah kita, ternyata mereka yang menderita gangguan jiwa ini memiliki beberapa kelebihan yang mungkin saja tidak di miliki oleh orang normal atau orang sehat yang tidak terganggu jiwanya. Salah satu contohnya para penderita gangguan jiwa ini ternyata begitu jujur terhadap apa yang mereka rasakan. Saya mengetahuinya ketika saya menonton suatu tayangan televisi yang meliput sebuah rumah sakit jiwa, dalam tayangan itu si penderita di tanya sesuatu oleh reporter dan dia menjawab apa adanya. Setelah ditanyakan kembali kepada perawat yang merawat pasien tersebut... sang perawat mengatakan bahwa apa yang mereka katakan memang demikianlah adanya.. dan mereka jujur dengan apa yang mereka rasakan.Sekarang pertanyaannya bagaimana dengan diri kita sendiri, apakah kita sudah jujur selama ini, apakah kehidupan kita penuh dengan kebohongan ataukah kita haya melakuka kejujuran di saat tertentu, dan sisaya kita isi dengan kebohongan..jika kita memilih salah satu dari tiga opsi tersebut, berarti kita dapat memposisikan diri kita, apakah kita memang sehat secara kejiwaan atau kita sendiri yang sedang sakit jiwa... Wallahualam..
Langganan:
Postingan (Atom)